Menurut Pengamat, Kejayaan Taksi Online Hanya Sesaat
Menurutnya aplikasi yang digunakan harus diawasi dan dilakukan audit oleh Kominfo. "Jika tidak seperti sekarang, aplikator merangkap sebagai operator transportasi umum," ucap Mantan Wakil Ketua MTI.
Penyedia jasa aplikasi menurutnya harus dipertegas, milih sebagai operator angkutan umum atau cukup aplikator.
"Jangan dibiarkan berulah seperti sekarang ini. Mengaku aplikator, tapi turut menentukan besaran tarif dan sistem bonus," imbuhnya.
Dia menyarankan agar pemerintah jangan terlalu lama membiarkan perusahaan penyedia jasa aplikasi merusak sistem transportasi yang ada.
Bagi yang tidak mau mendaftar, aplikator harus diminta segera menutup apkikasinya. "Jika masih ada aplikator masih memberi layanan aplikasi ke taksi online yang tidak terdaftar, sudah semestinya aplikator tersebut juga harus ditutup," ungkapnya.
Djoko justru menduga adanya angkutan online adalah untuk menghancurkan sistem transportasi yang sudah ada dengan dalih sharing economy dan menyediakan lapangan pekerjaan.
Hal itu bisa dilihat dari beberapa pebisnis taksi reguler sudah mulai tutup. "Artinya, menimbulkan pengangguran. Walau pengemudinya beralih ke taksi online, tapi tidak menjamin keberlangsungan usahanya," ujar Djoko.
Dia menyebut bisnis taksi online hanya memberikan kesenangan sesaat, dapat dilihat dari banyak pebisnis taksi online, yakni pemilik kendaraan, yang gulung tikar.
Menurut Djoko, bisnis taksi online hanya kesenangan sesaat. Banyak pemilik kendaraan tidak sanggup membayar cicilan bulanan.
- Dipukul Oknum Polisi, Sopir Taksi Online Mengadu ke Polda
- Konon Mobil Digelapkan Sang Suami, Kimberly Ryder Naik Taksi Online
- Wanita Disabilitas Korban Pelecehan Seksual Sopir Taksi Online
- Sadis, Sopir Taksi Online Ditikam dan Mobilnya Dirampas
- Pembunuh Sopir Taksi Online di Semarang Divonis Penjara Seumur Hidup
- Detik-Detik Pembunuhan Sopir Taksi Online di Sukabumi, Pelakunya Sadis