Menurut Pengamat, Kejayaan Taksi Online Hanya Sesaat

Menurut Pengamat, Kejayaan Taksi Online Hanya Sesaat
Ratusan pengunjuk rasa driver taksi online berunjuk rasa di depan Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (29/1). Foto: Ken Girsang/JPNN.com

Menurutnya aplikasi yang digunakan harus diawasi dan dilakukan audit oleh Kominfo. "Jika tidak seperti sekarang, aplikator merangkap sebagai operator transportasi umum," ucap Mantan Wakil Ketua MTI.

Penyedia jasa aplikasi menurutnya harus dipertegas, milih sebagai operator angkutan umum atau cukup aplikator.

"Jangan dibiarkan berulah seperti sekarang ini. Mengaku aplikator, tapi turut menentukan besaran tarif dan sistem bonus," imbuhnya.

Dia menyarankan agar pemerintah jangan terlalu lama membiarkan perusahaan penyedia jasa aplikasi merusak sistem transportasi yang ada.

Bagi yang tidak mau mendaftar, aplikator harus diminta segera menutup apkikasinya. "Jika masih ada aplikator masih memberi layanan aplikasi ke taksi online yang tidak terdaftar, sudah semestinya aplikator tersebut juga harus ditutup," ungkapnya.

Djoko justru menduga adanya angkutan online adalah untuk menghancurkan sistem transportasi yang sudah ada dengan dalih sharing economy dan menyediakan lapangan pekerjaan.

Hal itu bisa dilihat dari beberapa pebisnis taksi reguler sudah mulai tutup. "Artinya, menimbulkan pengangguran. Walau pengemudinya beralih ke taksi online, tapi tidak menjamin keberlangsungan usahanya," ujar Djoko.

Dia menyebut bisnis taksi online hanya memberikan kesenangan sesaat, dapat dilihat dari banyak pebisnis taksi online, yakni pemilik kendaraan, yang gulung tikar.

Menurut Djoko, bisnis taksi online hanya kesenangan sesaat. Banyak pemilik kendaraan tidak sanggup membayar cicilan bulanan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News