Menurut Survei, Influencer adalah Golongan yang Paling Tidak dipercaya di Australia
"Namun kenyataannya para influencer itu semakin banyak digunakan dan semakin mendapat banyak bayaran karena mereka lebih efektif."
Dr McKay mengatakan mereka yang menemukan produk lewat pencarian sendiri di media sosial lebih besar kemungkinan terpengaruh atas informasi tersebut dibandingkan iklan tradisional, walau kedua-keduanya berpengaruh.
"Rasanya lebih alamiah dibandingkan melihat iklan di televisi atau iklan pop up yang tiba-tiba muncul di layar," katanya.
"Marketing sangat kuat tetapi sesuatu yang kita anggap tidak berusaha mempengaruhi kita, tentu saja sebenarnya lebih berpengaruh.
"Khususnya bila itu datang dari seseorang yang tampaknya tidak berbeda jauh dari diri kita sendiri," katanya.
Proyek ABC Australia Talks juga juga menemukan bahwa bagi kebanyakan warga Australia (79 persen) bahwa semakin susah menemukan sumber informasi mana yang bisa dipercaya.
Dan kepercayaan terhadap wartawan pun berada di titik tengah, 50 persen percaya sementara jumlah yang sama juga tidak percaya.
Dengan itu, tampaknya mulai sekarang menemukan fakta yang benar di tengah-tengah derasnya informasi yang ada akan menjadi kegiatan sehari-hari dalam hidup kita.
Walau media sosial menjadi salah satu media yang berpengaruh di manapun termasuk Australia, para influencer tidak masuk ke dalam kelompok orang yang mendapat kepercayaan dari publik
- Survei FIXPOLL: Elektabilitas Toha-Rohman Unggul, Lucianty-Syafaruddin Anjlok
- Puspoll Indonesia: Sumiatun-Ibnu Salim Unggul di Pilkada Lombok Barat
- 3 Berita Artis Terheboh: Pernikahan Nissa Sabyan Bikin Heboh, 85 Influencer Disikat Polisi
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Survei Elektabilitas Nasir-Wardan Unggul di Kampar, Wahid-Haryanto Moncer di Pekanbaru