Menyedihkan! Indonesia Urutan Ketiga di Dunia Negara Tanpa Ayah
Lebih lanjut, anak yang mengalami fatherless rata-rata merasa kurang percaya diri, cenderung menarik diri di kehidupan sosial.
Selain itu, juga rentan terlibat penyalahgunaan NAPZA, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, kondisi kesehatan mental yang bermasalah, munculnya depresi hingga pencapaian nilai akademis yang rendah.
Hal tersebut umumnya terjadi karena anak kehilangan sosok ayah sebagai panutan dan pendamping hidup.
Adanya kekosongan peran ayah dalam pengasuhan anak, terutama dalam periode emas, yakni usia 7-14 tahun dan 8-15 tahun sangat berpengaruh dalam urusan prestasi sekolah.
Dampak fatherless bagi anak-anak yang bersekolah antara lain sulit konsentrasi, motivasi belajar yang rendah, dan rentan terkena drop out.
Meskipun anak memiliki ayah, namun mereka tidak mendapatkan pendampingan dan pengajaran dari sosok ayah maka tetap berdampak buruk bagi perkembangan masa depannya.
Penyedia platform edukasi GREDU memandang pentingnya memperkuat peran seorang ayah untuk mencintai anak dan keluarga, mendidik, dan sebagai model yang akan ditiru oleh anak.
Para ayah bisa menjadi idaman untuk anak dan istri dengan membuktikan rasa sayang atau cinta terhadap anak, seperti mengajak anak jalan-jalan, bersepeda, bahkan menemani permainan yang disukai oleh anak.
Indonesia menjadi negara dengan urutan ketiga di dunia sebagai negara tanpa ayah, sungguh menyedihkan.
- Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Polisi Periksa Psikologis Pegi Setiawan, untuk Apa?
- Di Balik Bisikan Gaib: Mengurai Kompleksitas Psikologis Ibu dalam Tragedi Bekasi
- Orang Tua Wajib Sadar, Tekanan Bisa Menggangu Kesehatan Mental Anak
- Pemerintah Menaikkan Harga BBM, Fahira Idris: Tidak Paham Kondisi Psikologis Rakyat
- 7 Cara Agar Berhubungan Intim Tetap Nikmat Bagi Penderita Diabetes
- PMPO, Metode Permudah Proses Pemeriksaan Psikologis