Menyelamatkan Manusia, Merawat Ekonomi
Oleh: Bambang Soesatyo (Ketua MPR RI)
AS dan Tiongkok, dua raksasa ekonomi dunia itu, pun kini sedang coba memperbaiki kerusakan. Jumat (27/3 pekan lalu), Presiden AS Donald Trump telah menandatangani RUU paket stimulus untuk pemulihan ekonomi. Nilai paket stimulus itu mencapai Rp 32 ribu triliun, terbesar sepanjang sejarah AS.
Salah satu sasaran atau target stimulus itu adalah menyediakan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar 1.200 dolar AS per orang dan tambahan 500 dolar AS untuk setiap anak. Hanya warga dengan pendapatan kurang dari 75.000 dolar AS per tahun yang berhak menerima BLT ini . Seperti diketahui, jumlah pengangguran di AS tiba-tiba melonjak. Baru-baru ini, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan ada 3,3 juta orang yang mengajukan tunjangan pengangguran.
Di Tiongkok, ratusan pabrik di kota Wuhan dan beberapa kota lainnya sempat ditutup. Menurut Bloomberg, di Wuhan saja terdapat sedikitnya 515 industri, sebagian besar di sektor manufaktur. Ada 146 industri komponen otomotif, 68 perusahaan komputer, 47 industri perangkat listrik, 32 industri produk konsumen, dan 222 perusahaan dari berbagai jenis industri lain.
Muncul perkiraan bahwa produktivitas sektor manufaktur Tiongkok akan turun hingga 15 persen pada kuartal pertama tahun ini. Untuk merespons kemungkinan itu, otoritas moneter Tiongkok pada Februari lalu mengguyur sistem keuangan negara itu dengan dana segar 1,2 triliun yuan.
Dengan suntikan itu, likuiditas perbankan Tiongkok diharapkan cukup dan mampu menjaga stabilitas nilai tukar yuan. Selain itu, Tiongkok juga menyediakan dana 300 miliar yuan dengan bunga rendah untuk menopang keberlangsungan pelaku industri skala kecil dan menengah.
Itulah gambaran sekilas tentang kerusakan dan langkah-langkah stimulus yang ditempuh AS serta Tiongkok memperbaiki kerusakan di sektor ekonominya masing-masing itu. Tentu saja semuanya berharap langkah dua raksasa ekonomi ini bisa mereduksi krisis ekonomi yang sedang membayangi dunia saat ini. Pemerintah Indonesia pun sudah menerapkan beberapa paket kebijakan stimulus ekonomi untuk meminimalisir kerusakan.
Belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi global virus corona akan berakhir. Satu hal yang pasti, kerusakan di sektor ekonomi begitu nyata dan terus berlangsung. Dan, IMF pun sudah menegaskan bahwa krisis ekonomi global pun tampak nyata.
Di tengah proses kerusakan pada sektor ekonomi global itu, maka tantangan utama bagi setiap negara, termasuk Indonesia, adalah kepastian ketersediaan bahan pangan pokok. Siapa pun tidak mengharapkan sektor tanaman pangan mengalami kerusakan seperti halnya kerusakan di sektor bisnis lainnya.
Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, semua daya dan upaya harus berfokus pada penyelamatan manusia, di samping merawat ekonomi.
- Siti Fauziah Sampaikan Bukti MPR Telah Jadikan UUD 1945 sebagai Konstitusi yang Hidup
- Ibas: Di Tangan Gurulah Masa Depan Bangsa Akan Dibentuk
- Bamsoet Minta Polri Jerat Bandar Narkoba Dengan Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang
- Waka MPR Lakukan Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Donggala
- Eddy Soeparno Dukung Diplomasi Prabowo Membangun Kolaborasi Global Hadapi Krisis Iklim
- MPR & ILUNI FHUI Gelar Justisia Half Marathon, Plt Sekjen Siti Fauziah Sampaikan Ini