Menyempurnakan Teknik Sun Tzu
Jadi, pada awal 1930-an, Jepang mengutus satu tim opsir kesehatan ke Jawa untuk mengamati kondisi-kondisi sanitasi serta statistik penyakit. Laporan tim opsir kesehatan itu sangat teliti dan terperinci.
“Laporan inilah yang digunakan penguasa Jepang untuk merencanakan bagaimana menghindari timbulnya penyakit di antara pasukan mereka ketika penyerbuan kelak,” ungkap Richard Deacon, dalam Menyingkap Dinas Rahasia Jepang: Kempei Tai.
Buku ini terbit pertama pada 1983 dengan judul Kempei Tai: A History of The Japanese Secret Service. Deacon, sang penulisnya, digadang-gadang sebagai pakar intelijen dunia.
Ada yang menarik dari temuan tim sensus kesehatan tersebut. Rupanya sejumlah besar orang Jawa golongan atas yang bekerja dalam pemerintahan Belanda suka mendatangi rumah pelacuran.
Informasi ini dimanfaatkan Jepang untuk membuka sejumlah rumah pelacuran di Jawa. Tujuannya, untuk memancing dan merekrut orang-orang Jawa yang bekerja dalam pemerintahan menjadi mata-mata.
Menurut Deacon, banyak orang Jawa berhasil direkrut dan aktif menjadi agen Jepang di dalam lingkungan pemerintahan Hindia Belanda.
“Residen direktur agen-agen intelijen ini adalah seorang saudagar terkemuka bernama Tomegoro Yoshizumi,” tulisnya.
Yoshizumi tak hanya bergerak di Jawa. Dia juga memainkan peran cukup brilian di Sulawesi.
TOMEGORO Yoshizumi dikirim ke Jawa pada 1932 ketika Jepang sedang menjalankan spionase agresif. Di penghujung Perang Dunia II, Yoshizumi membelot
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Rapat Bareng Herindra, Yoyok Komisi I Minta BIN Tak Berpolitik di Pilkada 2024
- Herindra Ditunjuk Menjadi Kepala BIN, PKR: Dia Sangat Profesional dan Kompeten dalam Bidang Intelijen
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai
- Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau
- Final EURO 2024 dan Stadion Megah dengan Sejarah Kelam Nazi