Menyerah, 30 Guru di Perbatasan 'Kabur'
Jumat, 06 Agustus 2010 – 12:20 WIB
Bangunan kedua, ruang guru, persis di belakang bangunan pertama tadi.
Bangunan pertama dan kedua ini terbuat dari kayu, hanya satu yang terbuat dari beton, yakni bangunan ketiga. Bangunan ini pun terdiri dari dua ruangan. Sayang, di dalamnya lebih banyak kursi dan meja yang ditaruh, sehingga lebih mirip gudang. Lantai ketiga gedung ini penuh tanah, karena jalanan di sekitar sekolah belum diplester apalagi diaspal. Pemisah antara bangunan kedua dan ketiga adalah sebidang lapangan voli. Di sana belasan siswi tampak asyik bermain.
Di sekolah yang dibangun 1987 lalu ini, hanya bekerja 5 guru PNS. Tiga lainnya guru kontrak, yang justru memegang mata pelajaran penting, yakni matematika dan IPA. Ini menjadi kendala, karena kadangkala para guru kontrak itu pulang ke Malinau dan lama baru kembali lagi ke Long Nawang. Masalah inilah yang membuat pelajaran matematika dan IPA menjadi pelajaran tersulit bagi para siswa.
“Pernah ada guru kontrak 3 bulan tak datang lagi. Inilah masalah terbesar kami. Karena memang banyak tak kerasan jadi guru di sini,” kata Oktoriaty, kepala SMPN 1 Kayan Hulu.
Jadi guru di perbatasan, siapa yang mau? Ini pertanyaan yang pasti terlontar. Buktinya sudah 30-an guru tak tahan dan pulang ke Malinau atau Samarinda.
BERITA TERKAIT
- Bantu Siswa di Kaldera Toba, PGTS dan GO Buka Program Bimbel Persiapan Masuk PTN 2025
- Mitigasi Inklusif Kolaboratif Organisasi Jadi Model Ideal Hadapi Bencana Nonalam Pandemi
- Santri Disabilitas di Bandung Terima Beasiswa Pendidikan Khusus
- Kuliah Tamu di BINUS University, Dosen FISIP UPNVJ Bicara soal Netnografi
- Siap-siap! Sumbangsih Cup 2025 Segera Digelar, Dijamin Seru dan Meriah
- Unika Atma Jaya Resmikan School of Bioscience, Technology, and Innovation