Menyerah, 30 Guru di Perbatasan 'Kabur'
Jumat, 06 Agustus 2010 – 12:20 WIB
“Insentif sama saja nilainya dengan yang di kota. Apa itu adil? Kalau pun ada bedanya, paling cuma selisih Rp 100 ribu. Apa artinya itu? Di Long Nawang, Rp 1.000 saja hanya cukup beli permen satu biji,” jelasnya.
Meski dengan segala keterbatasan, tapi prestasi SMPN 1 Kayan Hulu tak bisa dianggap sebelah mata. Tingkat kelulusan ujian nasional (UN)-nya sejak 2005 lalu selalu 100 persen. Itulah yang membuat 44 siswa kelas 9 dari 128 siswa SMPN 1, percaya diri menghadapi UN.
“Saya percaya bisa lulus. Kami sekolah karena ingin pintar,” ujar Irene, siswi berparas manis kelas 9 yang ditemui media ini.
Yang sekolah di SMPN 1 ini tak hanya pelajar di Long Nawang, tapi juga dari Desa Long Betaoh, Long Baru, hingga Long Payau. Karena mereka ke Long Nawang harus lewat jalur sungai atau jalan kaki kurang lebih 4 km (misalnya dari Long Betaoh), maka sekolah baru dimulai pukul setengah Sembilan pagi.
Jadi guru di perbatasan, siapa yang mau? Ini pertanyaan yang pasti terlontar. Buktinya sudah 30-an guru tak tahan dan pulang ke Malinau atau Samarinda.
BERITA TERKAIT
- Bea Cukai Membekali Ilmu Kepabeanan Kepada Puluhan Pelajar SMK di Daerah Ini
- Babak Final Spelling Bee Competition Besutan EF Kids & Teens Digelar Minggu Depan
- Puluhan Tahun Digaji Seadanya, Guru Honorer di Jawa Barat Menjerit
- Bantu Siswa di Kaldera Toba, PGTS dan GO Buka Program Bimbel Persiapan Masuk PTN 2025
- Mitigasi Inklusif Kolaboratif Organisasi Jadi Model Ideal Hadapi Bencana Nonalam Pandemi
- Santri Disabilitas di Bandung Terima Beasiswa Pendidikan Khusus