Menyerbu Warung

Oleh: Dahlan Iskan

Menyerbu Warung
Dahlan Iskan. Foto: Disway

Semua itu saya jadikan satu onggokan di cobek batu. Saya uleg mereka dengan uleg-uleg batu. Sampai lumat. Saya beri air sedikit. Saya tambahkan irisan tahu. Dan lontong. Dan sayur satu-satunya yang ada di situ: kacang panjang rebus.

Kami pun makan siang dengan serunya. Sang Ibu-tua tidak perlu merinci apa saja yang kami makan. Tidak akan bisa. Hitungan porsinya rusak semua.

Yang penting kami senang bisa makan. Dan Sang Ibu-tua juga senang dagangannya laris. Kami juga membeli sendok dan piringnyi.

Hanya saja saya tidak bisa membeli warung itu sekalian. Itu bukan hak miliknyi. "Kami numpang di sini," katanyi.

"Sudah berapa tahun?“

“Sudah 40 tahun“.

“Di mana anak-anak?"

"Yang perempuan, dua orang, jualan bakso. Yang laki-laki, satu orang, jadi tukang parkir," katanyi.

Ternyata tidak ada resto yang buka. Pun ketika perjalanan sudah sampai di Ketapang. Ivo, istri Azrul Ananda, lihat Google. Ada. Hanya 5 km dari Ketapang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News