Menyibak Pentingnya Diagnosis Indikasi Gagal Tumbuh Anak
jpnn.com, BALI - Professor of Necker-Enfants Malades Hospital di Paris Olivier Goulet mengatakan, kondisi penurunan atau stagnansi tumbuh kembang anak adalah protein energy malnutrition.
Dia menambahkan, setelah terjadi indikasi faltering growth, anak membutuhkan asupan dengan energi dan protein hewani yang tinggi.
“Intervensi perlu dibantu berbagai pihak. Karena kesehatan anak sangat rentan, mereka menghadapi tantangan yang besar untuk menstabilkan kesehatan anak. Kita harus menghindari dampak jangka panjang dari malnutrisi," ujar Oliver dalam ASPAC Falteting Growth Summit di Bali yang diikuti negara-negara di Asia Pasifik belum lama ini.
ASPAC Faltering Growth Forum dihadiri tenaga medis dan organisasi profesi kedokteran yang membahas diagnosis dan penanganan indikasi faltering growth atau gagal tumbuh pada anak.
Dalam kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan, faltering growth ditunjukkan dengan penurunan sebanyak dua poin atau tidak tumbuh pada pengukuran dalam dua kurun waktu yang berkesinambungan.
"Jika tidak segera dilakukan intervensi, kondisi ini akan berujung pada kondisi malnutrisi hingga berujung pada kondisi stunting," tambah Olivier.
Menurut dia, stunting pada dua tahun pertama kehidupan bersifat tidak bisa kembali (irreversible).
Dengan demikian, pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak terganggu secara permanen.
Olivier Goulet mengatakan, kondisi penurunan atau stagnansi tumbuh kembang anak adalah protein energy malnutrition.
- Cegah Malnutrisi jadi Solusi Permasalahan Stunting di Indonesia
- Cegah Stunting untuk 1.000 Balita, PAM Jaya Raih Padmamitra Award 2024
- Dukung Pencegahan Stunting, Kalbe Farma Salurkan Bantuan Vitamin D ke Lombok Timur
- Mendes Yandri Sebut Dana Desa 2025 Difokuskan untuk Atasi Kemiskinan hingga Stunting
- Kebun Gizi, Solusi Berkelanjutan Atasi Stunting di Morowali Utara
- Dorong Solusi Nutrisi & Kesehatan, Danone SN Hasilkan 50 Riset Sepanjang 2024