Menyinggahi Wae Rebo, Desa di NTT Peraih Penghargaan Tertinggi UNESCO (1)
Cuma Ada Tujuh Rumah di Seluruh Dunia
Minggu, 16 September 2012 – 00:11 WIB
Tumbuh-tumbuhan paku menjadi dekorasi yang tampaknya tak pernah habis. Di kawasan itu sesekali kabut menyapa dengan dinginnya yang bikin menggigil.
Setelah itu habis, pemandangan berganti dengan suasana pedesaan yang penuh hamparan padi. Satu"dua sapi melintas di jalan. Babi-babi terlihat meringkuk di halaman rumah papan milik warga. Di situ jalan cukup landai. Angin juga masih sejuk.
Lepas dari desa itu berganti pemandangan laut yang menyambut. Selat Sumba di selatan Ruteng cukup menyegarkan sepertiga perjalanan terakhir. Lautnya biru dan nyaris tanpa ombak. Pantainya dipenuhi batu-batu bulat berwarna hitam. Dari jauh tampak Pulau Mules mencuri perhatian.
Sehabis pantai, jalan berganti menanjak kembali ke utara. Menanjak terus hingga sampai Denge, ujung aspal sebelum Wae Rebo.
Wae Rebo, desa mini di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), meraih penghargaan tertinggi dari United Nations Educational, Scientific,
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408