Menyinggahi Wae Rebo, Desa di NTT Peraih Penghargaan Tertinggi UNESCO (2)
Disambut Empat Tetua Adat dengan Upacara Pangku Ayam
Senin, 17 September 2012 – 00:17 WIB
Wae Rebo sudah bertahan dari gempuran zaman lebih dari 900 tahun. Desa mini itu serasa tetap tinggal di masa lampau. "Lorong waktu" yang menjadi penghubung dengan masa kini adalah jalur setapak yang mendaki sepanjang sembilan kilometer. Rute itu hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
DOAN WIDHIANDONO, Ruteng
PERJALANAN menuju Wae Rebo diawali dari SD Denge, tempat mengajar Blasius Monta, warga Wae Rebo yang tinggal di Denge. Sekolah itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah Blasius.
"Itu arah ke Wae Rebo," ujar Blasius. Tangannya menunjuk gugusan gunung di utara Denge yang tak begitu jelas lantaran tertutup kabut.
Wae Rebo sudah bertahan dari gempuran zaman lebih dari 900 tahun. Desa mini itu serasa tetap tinggal di masa lampau. "Lorong waktu" yang
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara