Menyinggahi Wae Rebo, Desa di NTT Peraih Penghargaan Tertinggi UNESCO (2)

Disambut Empat Tetua Adat dengan Upacara Pangku Ayam

Menyinggahi Wae Rebo, Desa di NTT Peraih Penghargaan Tertinggi UNESCO (2)
CARI KEHANGATAN: Warga Wae Rebo berjemur di sinar matahari pagi di depan Mbaru Tembong (rumah utama Wae Rebo). Foto : Doan W/JAWA POS
***

 

"Silakan Anak tidur di sini. Anak sudah orang Wae Rebo. Dinikmati saja," kata Aleks Nadus.

 

Malam itu saya tidur di mbaru niang yang berada di ujung paling selatan. Rumah ini memang dikhususkan untuk tamu atau wisatawan. Bangunannya lebih baru setelah direnovasi pada 2011.

 

Saya tidur beralas tikar pandan. Bantalnya juga terbuat dari anyaman pandan dipadu motif dari kulit bambu. Isi bantal itu berupa kapuk dari pohon randu yang banyak saya temui di perjalanan menuju Wae Rebo.

 

Wae Rebo sudah bertahan dari gempuran zaman lebih dari 900 tahun. Desa mini itu serasa tetap tinggal di masa lampau. "Lorong waktu" yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News