Menyingkap Filosofi Pohon Natal dari Ribuan Bonggol Jagung di Klaten

Bonggol jagung didapat dari petani sekitar gereja yang baru saja panen dengan dengan harga Rp 3.000 per sak.
Awalnya dibutuhkan tujuh sak untuk membuat pohon Natal bisa tertutup bonggol jagung secara penuh.
Dalam perjalanannya ketika disusun, memiliki bobot cukup berat sehingga tidak bisa menutupi keseluruhan.
“Pohon Natal dari bonggol jagung ini memiliki filosofi yakni jagung tanpa kelobot, yen kabeh disonggo bareng-bareng dadi ora abot. Jika semua bersama, beban berat saat Covid-19 akan terlewati dengan baik,” ucap Koordinator Tim Pembuat Pohon Natal Gereja Katolik Santa Perawan Maria Bunda Kristus, Petrus Claver Watono, kepada Radar Solo.
Meski pohon Natal yang ditampilkan pada tahun ini terlihat sederhana, tetapi ingin menyampaikan pesan kepada umat.
Terutama kebersamaan dalam melawan Covid-19 yang saat ini masih terus melanda. Mengingat telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai bidang kehidupan.
Watono menggaribawahi, kebersamaan itu tidak harus dekat satu dengan umat lainnya.
Kebersamaan bisa diwujudkan dalam menyatukan doa agar pandemi Covid-19 segera berakhir.
Sebuah pohon Natal unik berdiri di depan Gereja Katolik Santa Perawan Maria Bunda Kristus, Klaten.
- Jadi Hampers Favorit Natal hingga Imlek, Loves Semprong Sukses Jual Ribuan Toples
- PDIP Hadirkan Once di Acara Natal Nasional NTT
- PDIP Gelar Puncak Perayaan Natal di NTT, Ternyata Ini Alasan Megawati
- Persekutuan Doa Oikumene Adriella Dharma Wanita Pusat Gelar Ibadah Natal dan Tahun Baru 2025
- Perayaan Natal Demokrat, AHY: di Indonesia Semua Agama Bisa Beribadah dengan Tenang
- Demokrat Gelar Puncak Perayaan Natal Nasional, Undang Tokoh & Petinggi Partai