Menyulap Tulang dan Kulit Ikan Jadi Kerajinan Tangan

Jadi Cenderamata Khas Kepri, Dikoleksi Banyak Menteri

Menyulap Tulang dan Kulit Ikan Jadi Kerajinan Tangan
Menyulap Tulang dan Kulit Ikan Jadi Kerajinan Tangan

Seolah tak mau kecolongan, Disperindag Provinsi Kepri dan Kabupaten Bintan pun menggandeng Erwandi. Suami Naziah ini lantas diminta agar memproduksi pelbagai bentuk kerajinan tangan dari tulang ikan. Ada miniatur kapal layar, sepeda motor, mobil, hingga patung orang berkuda. Kesemua kreasi itu lahir bulat-bulat dari visi dalam kepala Erwandi. "Karena saya tak pandai main komputer. Jadi apa yang terlintas di kepala saya, ya itu yang saya buat," ujarnya. 

Di tiap-tiap pameran yang Erwandi ikuti di pelbagai kota besar di Indonesia hingga di Malaysia, kerajinan tulang ikan karya Erwandi paling digemari. Ketika stan pameran Kepri disebutkan, tuturnya, orang-orang selalu berdecak mencari kerajinan tulang ikan yang kesohor itu. Hingga di sebuah kesempatan pameran, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Kabinet Indonesia Bersatu, Marie Elka Pangestu pernah memuji secara langsung miniatur kapal layar buatannya. "Kata ibu menteri itu, baru kali ini ia melihat sebuah kerajinan yang dibuat dari tulang ikan," tutur Erwandi. 

Bukan hanya Marie Elka Pangestu saja menteri yang kepincut dengan kreasi tangan Erwandi. Beberapa pejabat kenegaraan juga sudah banyak yang menjadikan olahan kreatif warga Bintan Timur ini sebagai koleksi. Sebut saja, Menteri Koordinator Kesra era SBY-Boediono, Agung Leksono dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Selain melalui pameran industri kreatif, kerajinan tulang ikan ini bisa sampai ke tangan menteri lantaran menjadi cendera mata yang selalu disertakan dalam setiap kunjungan dinas dari dan ke Kepri. "Ibu Dewi (istri Bupati Bintan) dan Bu Sani (istri Gubernur Kepri), kata teman-teman saya, selalu membawa tulang ikan ini kalau pergi ke mana-mana sebagai cendera mata," ungkap Erwandi. 

Erwandi tak memungkiri, saat ini sudah banyak permintaan produksi yang datang padanya. Dalam setiap bulan, ia mengaku tak pernah sepi permintaan. Selalu saja ada. Entah itu dari instansi pemerintah maupun swasta. Ketika sudah sedemikian membanjirnya orderan, apa Erwandi tak memusingkan ketersediaan bahan baku tulang ikan? Ia menggeleng. "Inilah untungnya memproduksi sesuatu yang berbasis alam," katanya. 

Erwandi mengakui memang sengaja memilih semua bahan baku kerajinan tangannya dari laut. Lantaran sesuai dengan karakteristik Bintan dan Kepri sebagai daerah maritim. Sehingga, selain mencerminkan kekhasan daerah, pemilihan bahan baku berupa tulang ikan ini membuatnya tak perlu memusingkan kelangkaan. "Di sini kan ikan jebong dan sotong banyak. Jadi saya tinggal datang ke pedagang di pasar, daripada tulang-tulang itu dibuang ke tempat sampah," ungkapnya. 

Ketika dihadapkan pertanyaan, sampai kapan Erwandi akan terus bergelut dengan sampah-sampah fosil hewan laut ini? Bapak Hutri dan Aizah ini tergelak. "Selama masih ada permintaan, saya terus membuat. Toh, setahun terakhir, tulang-tulang ikan ini yang mengepulkan dapur kami," ucap pria lulusan SMA ini. ***


Usai menyantap ikan, jangan keburu dibuang tulangnya. Siapa tahu bisa membawa Anda keliling Indonesia. Seperti yang dialami Erwandi, warga Kabupaten


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News