Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng
Dupa di Teras Rumah, Kertas Mantra Menempel di Pintu
Senin, 19 April 2010 – 06:34 WIB
Kampung China Benteng tampak seperti museum hidup di Kota Tangerang. Kampung itu ada sejak ratusan tahun lalu. Masyarakatnya menghuni kawasan di sepanjang bantaran Sungai Cisadane. Demi alasan penghijauan, kampung tersebut bakal digusur dan warga dipaksa pergi.
THOMAS KUKUH-IGNA, Jakarta
Baca Juga:
SEKILAS tak ada yang istimewa dari perkampungan di bantaran Sungai Cisadane, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Tangerang, tersebut. Kondisinya tak jauh berbeda dengan kawasan bangunan di pinggir sungai pada umumnya. Memprihatinkan dan berdesakan. Selain itu, sempit, kumuh, dan sumpek.
Sebagian besar rumah di kawasan tersebut dibuat dari gedek. Banyak yang reot. Kalaupun ada yang sudah ditembok dengan bata, bangunannya tidak mulus lagi. Catnya memudar. Bahkan, banyak rumah yang tidak dicat. Selain itu, mayoritas rumah di sana hanya berlantai tanah.
Kampung China Benteng tampak seperti museum hidup di Kota Tangerang. Kampung itu ada sejak ratusan tahun lalu. Masyarakatnya menghuni kawasan di
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala