Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng

Dupa di Teras Rumah, Kertas Mantra Menempel di Pintu

Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng
Lim Tjin Siu dan keluarganya, warga China Benteng, Tangerang yang terancam digusur. Foto : Thomas Kukuh/JAWA POS
Tahun pembuatan tempat ibadah tersebut tercetak jelas di atas rangka bangunan. Menurut dokumen, wihara itu dibangun tuan tanah bernama Sauw Sian Tee. "Wihara ini tempat sembahyang banyak orang. Tahun itu, tentu sudah banyak umat yang tinggal di sekitar wihara," papar Edi."?"

   

Karena erosi, bantaran Sungai Cisadane yang dulu lebar terkikis. Wihara itu pun terancam. Demi alasan keselamatan, wihara dipindahkan ke area yang lebih menjorok. Pemindahan tersebut dilakukan pada 1966. Wihara tersebut bertahan hingga kini.

   

"Makin lama, penduduk sekitar wihara makin banyak. Malah sekarang berkembang menjadi tiga kampung dengan total 350 KK," jelas Edi. Tiga kampung itu adalah Sewan Lebak Wangi, Sewan Tangga Asam, dan Kokun. Semuanya berada di bawah Kelurahan Mekarsari.

   

Soal asal muasal nama Chinben, Edi bertutur, daerah yang mereka tempati saat ini merupakan bekas benteng Belanda. Dari situlah nama Chinben disematkan. Sejumlah informasi menyebutkan, warga Chinben terbagi menjadi dua golongan. Itu didasarkan pada kedatangan mereka dari Tiongkok. Golongan pertama datang pada abad ke-15 untuk menjadi pekerja dan pedagang. Mereka mencapai Tangerang dengan perahu sederhana.

   

Kampung China Benteng tampak seperti museum hidup di Kota Tangerang. Kampung itu ada sejak ratusan tahun lalu. Masyarakatnya menghuni kawasan di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News