Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng
Dupa di Teras Rumah, Kertas Mantra Menempel di Pintu
Senin, 19 April 2010 – 06:34 WIB

Lim Tjin Siu dan keluarganya, warga China Benteng, Tangerang yang terancam digusur. Foto : Thomas Kukuh/JAWA POS
Jawa Pos berusaha menyusuri rumah-rumah di bantaran sungai itu. Sekitar 20 meter dari bibir sungai, dua wanita bercengkerama dalam rumah lama yang gelap.
Mereka adalah Wie Gwiok Wa, 78, dan Ong Yo Nio, 81. "Ayo masuk," ucap Ong memanggil Jawa Pos sambil tersenyum hingga terlihat giginya yang mulai ompong. Dengan bersusah payah, dia beranjak dari tempat duduknya. Dibantu tongkat, Ong berjalan ke luar dengan langkah pelan.
Ditanya sejak kapan mereka menempati rumah itu, Ong menyatakan lupa. Dia hanya menyebut sekitar 1960-an. Yang jelas, dia dan Wie menempati rumah tersebut sejak kecil. "Saya dari Ketapang, Tangerang," ucap wanita yang kemarin mengenakan daster kuning tersebut.
Ong menceritakan, dirinya datang bersama orang tua dan beberapa kerabat karena mengungsi. "Kan pada zaman itu banyak orang Tionghoa yang dibantai. Karena di sini banyak orang Tionghoa, jadi aman," ucap Ong.
Kampung China Benteng tampak seperti museum hidup di Kota Tangerang. Kampung itu ada sejak ratusan tahun lalu. Masyarakatnya menghuni kawasan di
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu