Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng
Dupa di Teras Rumah, Kertas Mantra Menempel di Pintu
Senin, 19 April 2010 – 06:34 WIB
Jawa Pos berusaha menyusuri rumah-rumah di bantaran sungai itu. Sekitar 20 meter dari bibir sungai, dua wanita bercengkerama dalam rumah lama yang gelap.
Mereka adalah Wie Gwiok Wa, 78, dan Ong Yo Nio, 81. "Ayo masuk," ucap Ong memanggil Jawa Pos sambil tersenyum hingga terlihat giginya yang mulai ompong. Dengan bersusah payah, dia beranjak dari tempat duduknya. Dibantu tongkat, Ong berjalan ke luar dengan langkah pelan.
Ditanya sejak kapan mereka menempati rumah itu, Ong menyatakan lupa. Dia hanya menyebut sekitar 1960-an. Yang jelas, dia dan Wie menempati rumah tersebut sejak kecil. "Saya dari Ketapang, Tangerang," ucap wanita yang kemarin mengenakan daster kuning tersebut.
Ong menceritakan, dirinya datang bersama orang tua dan beberapa kerabat karena mengungsi. "Kan pada zaman itu banyak orang Tionghoa yang dibantai. Karena di sini banyak orang Tionghoa, jadi aman," ucap Ong.
Kampung China Benteng tampak seperti museum hidup di Kota Tangerang. Kampung itu ada sejak ratusan tahun lalu. Masyarakatnya menghuni kawasan di
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408