Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng

Dupa di Teras Rumah, Kertas Mantra Menempel di Pintu

Menyusuri Kampung Bersejarah China Benteng
Lim Tjin Siu dan keluarganya, warga China Benteng, Tangerang yang terancam digusur. Foto : Thomas Kukuh/JAWA POS
Jawa Pos berusaha menyusuri rumah-rumah di bantaran sungai itu. Sekitar 20 meter dari bibir sungai, dua wanita bercengkerama dalam rumah lama yang gelap.

   

Mereka adalah Wie Gwiok Wa, 78, dan Ong Yo Nio, 81. "Ayo masuk," ucap Ong memanggil Jawa Pos sambil tersenyum hingga terlihat giginya yang mulai ompong. Dengan bersusah payah, dia beranjak dari tempat duduknya. Dibantu tongkat, Ong berjalan ke luar dengan langkah pelan.

   

Ditanya sejak kapan mereka menempati rumah itu, Ong menyatakan lupa. Dia hanya menyebut sekitar 1960-an. Yang jelas, dia dan Wie menempati rumah tersebut sejak kecil. "Saya dari Ketapang, Tangerang," ucap wanita yang kemarin mengenakan daster kuning tersebut.

   

Ong menceritakan, dirinya datang bersama orang tua dan beberapa kerabat karena mengungsi. "Kan pada zaman itu banyak orang Tionghoa yang dibantai. Karena di sini banyak orang Tionghoa, jadi aman," ucap Ong.

   

Kampung China Benteng tampak seperti museum hidup di Kota Tangerang. Kampung itu ada sejak ratusan tahun lalu. Masyarakatnya menghuni kawasan di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News