Menyusuri Sumatera Lewat Hollywood
Kamis, 07 Oktober 2010 – 01:11 WIB
Proyek Simpang Blimbing juga merupakan PLTU pertama di Indonesia yang akan menggunakan mesin pengering batu bara. Memang, moistur (tingkat kebasahan) batu bara Simpang Blimbing sangat tinggi. Hampir 50 persen. Kalorinya ternyata juga hanya 2.300. Namun, dengan mesin pengering itu, batu bara yang begitu jelek bisa dimanfaatkan.
Dari sini, perjalanan terus menuju utara membelah bagian tengah Pulau Sumatera. Tengah hari, sampailah di PLTU Bukit Asam. Lalu, mampir lagi di kantor PLN Cabang Lahat, Cabang Lubuk Linggau, dan pukul 21.00 tiba di lokasi PLTU kecil Sarolangun. Itu sudah bukan di wilayah Lampung atau Sumsel, melainkan sudah masuk Provinsi Jambi.
Di wilayah itulah saya mendapatkan renungan yang dalam. Akan diapakankah batu bara yang begitu melimpah di kawasan pedalaman Sumatera ini? Kawasan itu begitu jauh dari pantai. Untuk mengangkutnya ke pantai timur, perlu membuat jalan 300 km. Ke pantai barat terhalang pegunungan Bukit Barisan. Saya mendiskusikannya sepanjang jalan.
Mungkinkah batu bara yang melimpah tersebut bisa menjadi sumber kemakmuran rakyat setempat. Apa peran PLN untuk pertumbuhan ekonomi wilayah itu? Dari sinilah kami berpikir untuk membangun saja PLTU-PLTU besar mulut tambang berikutnya. Baik untuk kepentingan Sumatera masa depan maupun untuk ekspor listrik ke Malaysia. Apalagi, transmisi 275 kv trans-Sumatera telah selesai dibangun dan tepat melewati kawasan itu. Lebih baik mengirim listrik daripada mengirim batu bara ke mana-mana.
SETELAH menelusuri Sulawesi, saya kembali melakukan perjalanan jauh. Dari Lampung terus ke utara. Bahkan sampai mendekati Hollywood dan bermalam
BERITA TERKAIT