Menyusuri Sumatera Lewat Hollywood
Kamis, 07 Oktober 2010 – 01:11 WIB
Di pedalaman Jambi ini keluhan akan listrik juga sama: tegangan yang tidak stabil. Maklum, kawasan tersebut jauh dari mana-mana. Selesainya PLTU kecil (2 x 7 MW) di Sarolangun (Oktober ini beroperasi) akan banyak membantu memperbaiki tegangan tersebut. Itulah PLTU kecil tapi cabai rawit.
Maka, dalam peninjauan tersebut, saya kemukakan satu filsafat kuno. "Gunung tidak harus tinggi, yang penting ada dewanya. Sungai tidak perlu dalam, yang penting ada naganya." Orang hidup itu tidak harus hebat dan serbabesar. Yang penting bisa penuh arti atau tidak. Saya lebih menghargai proyek kecil yang penuh arti daripada proyek besar yang tidak jelas tujuannya.
Di kota kecil Sarolangun itu, saya juga belajar menahan diri. Dalam acara makan malam bersama bupati setempat, disajikanlah durian kebanggaan setempat. Yakni, durian yang jumlahnya tidak banyak tapi selalu dicari orang sampai mancanegara. Namanya durian hujan emas.
Saya sungguh tidak tahan memandangnya. Air liur saya mulai menggenangi mulut. Sebenarnya, saya tidak berminat menyentuhnya. Tapi, air liur itu telah lebih dulu menggerakkan tangan saya. Lap! Sejumput durian masuk ke mulut. Bukan main lezatnya. Pimpinan Jambi Ekspres yang mencegat saya di Sarolangun melihat itu. Dia segera menyingkirkan sisanya. Saya pun selamat dari ambisi besar menghabiskan si hujan emas.
SETELAH menelusuri Sulawesi, saya kembali melakukan perjalanan jauh. Dari Lampung terus ke utara. Bahkan sampai mendekati Hollywood dan bermalam
BERITA TERKAIT