Menyusuri Sumatera Lewat Hollywood

Menyusuri Sumatera Lewat Hollywood
Menyusuri Sumatera Lewat Hollywood
Di Sarolangun, saya juga hanya tidur beberapa jam. Sebelum subuh sudah harus meneruskan perjalanan ke Ombilin. Tentu harus mampir di Bangko untuk salat subuh dan untuk memenuhi keinginan arus bawah yang kuat: toilet.

 

Tentu kami pusing di Ombilin. Mau diapakan PLTU Ombilin yang 2 x 100 MW itu" Konsep awal PLTU tersebut adalah mulut tambang. Ombilin memang kota batu bara yang amat legendaris. Sejak zaman Belanda sudah ada tambang batu bara di dekat Kota Sawahlunto ini. Masih terlihat bekas-bekas peninggalan tua di mana-mana. Tapi, batu bara itu menipis. PLTU kita yang masih relatif baru tidak mendapatkan pasokan yang cukup. Terpaksalah sebagian besar batu bara didatangkan dari Jambi. Jaraknya 200 km! Alangkah dilematisnya PLTU itu.

 

Memang ada rencana PT Bukit Asam untuk menambang bawah tanah di Ombilin. Tapi, ternyata baru wacana. Saya perlu banyak ide untuk mengatasi persoalan tersebut. Kepada pimpinan daerah setempat, saya kemukakan barangkali hanya Tiongkok yang cocok mengerjakan tambang bawah tanah. Mungkin orang kita tidak cocok mengerjakannya. Terutama karena kita-kita ini harus sering istirahat keluar dari lubang tambang. Misalnya, untuk salat lima waktu. Masalahnya: Apakah rakyat setempat rela melihat semua penambang itu datang dari luar negeri?

 

Masih banyak yang harus kami singgahi hari itu: PLN Cabang Solok, PLTU Teluk Sirih, PLN Cabang Padang, dan P3B Sumatera. Di Cabang Solok, kami melangsungkan dialog di teras saja. Ditemani kue-kue lokal yang amat lezat. Teman-teman PLN Solok sudah menyiapkan acara di gedung pertemuan. Namun, karena kami sudah berjam-jam berada di ruangan sempit (mobil), kami ingin agar bisa agak lama di udara terbuka.

 

SETELAH menelusuri Sulawesi, saya kembali melakukan perjalanan jauh. Dari Lampung terus ke utara. Bahkan sampai mendekati Hollywood dan bermalam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News