Merajut Persaudaraan

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."
Kata berperang dalam ayat tersebut tidak harus dimaknai dengan mengangkat senjata, seperti halnya di zaman Rasululullah SAW maupun para pahlawan pendiri bangsa ini.
Tapi kata peperangan harus diselaraskan dengan konteks sosial politik saat ini.
Perang tidak hanya lewat fisik, tapi perang yang lebih berpengaruh adalah perang pemikiran atau yang lebih dikenal dengan sebutan gazhul fikri.
Jika persaudaraan kita abaikan, maka kekuatan kita tidak akan serapi seperti yang Allah SWT maksudkan itu.
Persaudaraan dan ibadah puasa Ramadaan memiliki hubungan yang erat. Hal itu tergambar dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 10:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
Ayat itu menjelaskan bahwa persaudaraan yang hakiki adalah persaudaraan yang dibangun di atas dasar taqwa.
KETIKA Rasulullah SAW hijrah (pindah) dari Makkah ke Madinah, yang kali pertama beliau lakukan adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor.
- Eksistensi Suap Hakim, Mafia Hukum dan Peradilan di Indonesia: Penyakit Kronik dan Upaya Penanggulangannya
- Revisi UU TNI: Menyelaraskan Ketahanan dengan Dinamika Zaman
- Bawaslu Konsisten Mengawal Demokrasi
- Paradigma Pemidanaan KUHP Nasional
- Danantara dan Komitmen Presiden Bagi Hilirisasi SDA-Tanaman Pangan
- Papua dan Ujian Prabowo - Gibran