Merajut yang Terpecah-Belah

Merajut yang Terpecah-Belah
Merajut yang Terpecah-Belah
Langkah itu pula yang ditempuh oleh Aburizal Bakrie, yang sama-sama duduk di Dewan Penasehat DPP Golkar bersama Surya. Dalam iklan itu, dituliskan bahwa Aburizal menguasai antero nusantara dan paling disukai. Ditampilkan pula peta perolehan suara berdasarkan polling yang dilakukan oleh Puskaptis ke-2 pada 7-15 September 2009 lalu di 33 provinsi di Indonesia.

Hasilnya, Aburizal yang tampak tersenyum dan mengenakan kemeja putih meraih 54,86 persen suara, disusul Surya Paloh dengan 27,43 persen, lalu Tomy Hutomo Mandala Putra dengan 9,71 persen dan Yuddy Chrisnandi dengan 8 persen suara. Hasil itu dilengkapi pula dengan kata-kata: bisa menjadi panduan Munas yang berlangsung pada 5-9 Oktober di Pekanbaru, Riau. Kedua tokoh itu memang sama-sama berminat merebut jabatan Ketua Umum DPP Partai Golkar dalam munas mendatang.

Menilik bunyi kedua iklan politik itu, keduanya yakin akan menang. Sehingga adagium bahwa "perception is reality" telah menemukan kebenarannya, meskipun munas belum berlangsung. Tapi, tak mungkinlah keduanya menang. Harus ada satu yang kalah, dong!

Membaca iklan-iklan mereka, saya gagap juga. Jika Surya meraih (minimal) 60 persen suara dan Aburizal dengan 54,86 persen suara, berarti telah berlebih 14,86 persen suara. Artinya, jika kedua data itu digabung, maka pemilih kedua tokoh dalam munas melebihi jumlah peserta? Belum lagi jika dihitung pendukung Tommy dan Yuddy, sehingga persepsi responden dan pendukung para kandidat itu telah melampaui data dan fakta.

SURYA PALOH, politikus asal Aceh tapi masa mudanya di Sumatera Utara itu, tampil dengan untaian kata percaya diri. Ia tawarkan dirinya menjadi Ketua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News