Merapi Mengganas, 1 Balita Tewas

Merapi Mengganas, 1 Balita Tewas
Anak-anak di pengungsian desa Kepuh Hardjo. Mereka diberikan aneka permainan dari relawan yang datang dari lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga swasta. Foto:Boy Slamet/Jawa Pos
SOLO - Prediksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, jika akan ada letusan susulan Gunung Merapi (Radar Solo edisi : 18 Oktober 2010) bukan isapan jempol belaka. Terbukti, aktivitas Merapi kemarin (29/10) makin mengganas. Tercatat tujuh kali Merapi meluncurkan awas panas yang dikenal dengan wedus gembel tersebut. Intensitas ini jauh lebih dahsyat dibanding saat letusan pertama Selasa lalu.

Tak hanya itu, letusan kemarin merenggut nyawa satu orang balita. Seorang balita bernama Paimin, 4,5, warga Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, tewas di RSU Muntilan, Magelang kemarin (29/10). Bocah tersebut tewas diduga terkena abu vulkanik dampak dari awan panas yang terus keluar dari perut Merapi.

Dugaan ini terlihat dari hasil pemeriksaan dokter yang menangani. Paimin sebelum tewas mengalami gangguan pernapasan di pengungsian. Semula, Paimin bersama anak-anak dan lansia mengungsi di tempat pengungsian sementara (TPS) Dusun Sidomulyo, Desa Tlogolele. "Sebelumnya sudah kritis. Tapi keluarga tidak mau dirujuk ke rumah sakit. Setelah dirujuk ternyata meninggal," kata Sinam Sutarso, salah satu anggota Tim Relawan Merapi ketika dihubungi Radar Solo (grup JPNN) kemarin.

Dia bersama tim relawan lain sengaja mengabdi di pengungsian perbatasan antara Boyolali-Magelang. Sebab, daerah tersebut merupakan wilayah yang paling terdampak bahaya Merapi. Dia pun melihat seorang balita yang kondisinya sudah kritis.

SOLO - Prediksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta, jika akan ada letusan susulan Gunung Merapi (Radar Solo edisi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News