Merasa Tak Nyaman Jadi Korban Penyadapan

Merasa Tak Nyaman Jadi Korban Penyadapan
Merasa Tak Nyaman Jadi Korban Penyadapan

jpnn.com - JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa angkat bicara mengenai penyadapan terhadapnya yang dikabarkan dilakukan Directorate Signals Defense (DSD) Australia. Hatta merasa prihatin jika kabar penyadapan itu benar adanya.

"Kalau itu betul, maka saya tentu prihatin terhadap pola-pola seperti itu," ucap Hatta usai menghadiri acara di Hotel Borobudur Jakarta, Senin (18/11).

Menurutnya, Indonesia memeiliki Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik yang sudah mengatur beberapa hal yang tidak boleh dipublikasikan. "Kalau menyangkut rangkaian negara tidak boleh dibuka oleh UU, kalau disadap ya berarti anda tahu sendiri, itu tidak baik," ucapnya.

Hatta pun merasa tak nyaman jika memang benar dirinya pernah ikut disadap. Karenanya ia mendesak pemerintah Australia memberikan klarifikasi tentang kabar penyadapan itu. "Kalau disadap tentu kita tidak nyaman, jadi jangan sampai (Australia, red) tidak melakukan klarifikasi," terang dia.

Meski demikian Hatta belum bisa memastikan bahwa dirinya memang pernah disadap saat masih menjadi Mensesneg. "Saya belum bisa memberikan kebenaran kantor saya disadap atau tidak, menunggu kantor Menkopolhukam terlebih dulu karena masalah penyadapan ini sudah di-handle Menkopolhukam dan Menlu," tukasnya.

Yang jelas, kata Hatta, harus ada penjelasan terkait kabar penyadapan ini. "Harus ada penjelasan soal ini dari Australia," tegasnya.

Nama Hatta adalah salah satu menteri yang masuk dalam daftar nama yang disadap DSD. Hatta disadap saat masih menjadi Menteri Sekretaris Negara. Dari dokumen DSD itu juga diketahui saat disadap, Hatta berkomunikasi dengan handphone Nokia E90-1. (chi/jpnn)


JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa angkat bicara mengenai penyadapan terhadapnya yang dikabarkan dilakukan Directorate Signals


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News