Merasakan Atmosfer Sepak Bola Brasil di Museu do Futebol, Sao Paulo
Pele Turut "Menyambut", Ada Panduan Menjadi Pemain
Sabtu, 03 November 2012 – 12:21 WIB

Estádio Municipal Paulo Machado de Carvalho atau yang lebih dikenal dengan Stadion Pacaembu, yang menjadi markas klub anggota Serie A Brasil, Corinthians. Foto: Mukas Kuluki/Jawa Pos
Sejumlah komentator TV dan radio yang punya nama besar juga ikut mejeng. Ada pula beberapa layar besar yang menampilkan ekspresi suporter dari berbagai penjuru Brasil.
Masuk ke ruang tujuh, pengunjung diajak melihat sejarah sepak bola negeri berpenduduk 185 juta jiwa itu, yang ternyata punya sisi gelap rasialisme. Adalah Charles Miller, keturunan Skotlandia dan Brasil, yang mengenalkan olahraga itu pada 1894.
Miller menimba ilmu di Inggris dan membawa pulang hobi tersebut ke tanah airnya. Awalnya, sepak bola hanya boleh dimainkan para bangsawan kulit putih dan warga keturunan Eropa. Warga pribumi yang asli Indian dan kulit hitam dilarang bermain sepak bola.
Tapi, mulai 1920-1930-an lambat laun semua warga Brasil sudah boleh bermain sepak bola. Justru dengan sepak bola, semua ras bisa bersatu dan melupakan perbedaan. Semua itu tergambar jelas dalam koleksi 400-an foto hitam putih dalam pigura aneka ukuran dan warna. "Ternyata, sepak bola di Brasil ada diskriminasi juga, ya," celetuk salah seorang rekan media dari Indonesia.
Sepak bola adalah bagian dari identitas Brasil. Museum sepak bola Museu do Futebol di Sao Paulo merekam perjalanan panjang negeri juara Piala Dunia
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu