Merasakan Gairah Universal Natal di Kota Besar Jepang

Warga Buddhis Antre Berjam-jam untuk Kado Suami

Merasakan Gairah Universal Natal di Kota Besar Jepang
Merasakan Gairah Universal Natal di Kota Besar Jepang
Potongan harga yang ditawarkan di berbagai pusat perbelanjaan juga cukup menggugah semangat para penggila belanja. Sebuah sepatu boot wanita (sedang jadi tren di Jepang) kelas menengah, misalnya, bisa turun harga dari 1.900 yen menjadi 1.100. Berbagai produk tas juga dijual dengan diskon sampai 50 persen.

Atmosfer Natal semakin semarak dengan banyaknya dekorasi pohon dan lampu-lampu Natal di luar ruangan. Di depan Shinagawa Prince Hotel, Tokyo, misalnya, ada pohon Natal raksasa setinggi sekitar 20 meter. Warga yang berlalu-lalang banyak yang berhenti sejenak untuk berfoto atau sekadar memandang.

Di Toyota, Nagoya, atau Yokohama, tulisan ”Selamat Natal” dalam bahasa Inggris maupun Jepang bertebaran di berbagai tempat publik. Beberapa sudut jalan di kota-kota itu terlihat benderang berkat kerlap-kerlip lampu hiasan Natal.

Semarak Natal di Jepang tergolong unik, terutama jika dikaitkan dengan jumlah pemeluknya. Dari sekitar 127 juta jiwa penduduk negeri yang terdiri atas tujuh ribu pulau itu, hanya 0,7 persen yang memeluk Kristen. Agama mayoritas di Jepang adalah Shinto/Buddha yang pemeluknya mencapai 84 persen dari total warga negeri monarki konstitusional tersebut.

Jepang adalah negeri yang akrab dengan tradisi sinkretisme. Misalnya, percampuran Shinto dengan Buddha. Keduanya saling memengaruhi. Saking kentalnya percampuran itu, warga Jepang kini tak memisahkan lagi kedua kepercayaan tersebut. Di kuil-kuil Shinto, banyak dibangun vihara Buddha. Dewa Shinto ada yang dianggap sebagai reinkarnasi Buddha. Begitu juga sinkretisme antara Konfusianisme dengan Taoisme.

Meski penganut Kristiani tak sampai satu persen dari total penduduk Jepang, suasana menjelang Natal di Negeri Sakura sangat meriah. Terutama di kota-kota

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News