Merasakan Hidup Sebagai Pengungsi di Kamp Simulasi Sydney
Ia sendiri beruntung bisa terbang ke Australia dengan visa, tetapi pengungsi yang lain tak begitu beruntung.
Mohamad melarikan diri dari Irak ketika hidupnya terancam setelah ia bekerja dengan pasukan koalisi selama perang.
Dengan istri dan dua anaknya, Mohamad menumpang taksi tujuh kursi melintasi perbatasan Yordania pada tengah malam, bertahan di sana selama beberapa bulan sebelum pindah ke Yaman.
"Bibi saya ada di sana mengajar di sekolah swasta, dan ia membantu kami untuk mendapatkan visa," tutur Mohamad.
Menjual perhiasan istrinya untuk membayar relokasi, ia akhirnya berpikir bahwa ia dan keluarganya selamat. Lalu perang saudara pecah di Yaman dan mereka harus kembali mencari tempat yang aman untuk hidup.
Menghabiskan beberapa jam di kamp simulasi ini tak hanya informatif, tetapi seringkali menggugah dan sedikit tak nyaman. Ketika Anda berada di posisi orang lain dan memvisualisasikan bagaimana rasanya melalui pengalaman yang sama, Anda memiliki apresiasi baru atas kehidupan aman yang kami jalani di Australia.
Program simulasi ‘Refugee Camp in my Neighbourhood’ berlangsung dari tanggal 1- 12 Agustus di pinggiran barat Auburn, 19 kilometer dari pusat kota Sydney. Anda bisa mengetahui lebih lanjut tentang tur simulasi ini di situs program.
Di dalam kamp pengungsi simulasi yang didirikan di pinggiran barat Sydney, yakni Auburn, ada pemahaman yang lebih besar tentang seperti apa hidup
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat