Merasakan Krisis BBM di Negeri Kaya Energi

Merasakan Krisis BBM di Negeri Kaya Energi
Merasakan Krisis BBM di Negeri Kaya Energi

PLN sejak era Dirut Dahlan Iskan, hampir bisa dihitung dalam ukuran menit, listrik yang mati, akan tertangani dengan cepat. New York City, akibat badai sandy itu lebih dari seminggu tidak tuntas. Pertamina juga jauh lebih hebat dalam soal kegigihan bekerja, hampir tidak pernah terdengar kelangkaan minyak di kota-kota besar, tanpa ada kasus tertentu, seperti penimbunan dan sabotase. 

Lima borough di NYC, The Bronx, Brooklyn, Manhattan, Queens, dan Staten Island sudah mengalami nasib langka bahan bakar, krisis energi, di tengah kota terbesar di negara adidaya, negara kaya energi itu. Mirip dengan tikus yang mati kelaparan di lumbung padi. Padahal jumlah penduduknya hampir 9 juta, dan jika digabung metropolitan menembus 22, 2 juta jiwa. Jumlah penduduk terbesar di Negeri Paman Sam itu. 

Di beberapa titik memang terdengar ada insiden kecil-kecilan, berebut antre lebih dahulu. Tetapi secara keseluruhan, sangat aman, tertib, tidak ada pertengkaran yang mengkhawatirkan. Jumlah NYPD --New York Police Department--- yang bertugas di setiap pompa bensin yang beroperasi itu juga sangat minim. Minimalis sekali. Polisinya juga tidak terkesan "seram" dan "menakutkan." 

Orang-orang Indonesia yang sudah berpengalaman dengan situasi kacau seperti itu tidak terlalu susah mensiasatinya. Mereka beli BBM di luar kota, yang jaraknya 100 kilometer dari NYC, yang tidak perlu antre, dan sekaligus membawa derigen sebagai cadangan. Jika dihitung waktu, dibandingkan dengan lamanya kalau antre, cara itu lebih oke. Bahkan, derigennya bisa dijual lebih tinggi dari harga normal. Karena plus ongkos transport menuju SPBU kota sebelah. 

Saya membayangkan, seandainya harga BBM nanti mau naik? Atau subsidi BBM dikurangi, dicabut, sehingga berdampak pada harga per liter premium yang naik tajam? Kalau pemberlakuan kebijakan yang berdampak pada perubahan harga itu diputuskan sekarang, maka menjelang pukul 00.00 WIB, antrean panjang tidak bisa dihindarkan. Saat itulah, seluruh kekuatan keamanan dikerahkan, termasuk pasukan TNI yang di barak, harus turun tangan. 

Sedikit ada yang eror saja, orang sangat gampang tersulut emosinya. Kemarahan orang akan merangkak naik, karena sudah menjalani antrean panjang berjam-jam sebelum kebijakan itu diberlakukan. Orang memenuhi isi tengki mobil dan motor, dengan harga lama terlebih dahulu. Wajar, jika tensinya ikut-ikutan memanas, mudah konsleting. Ibarat trafo, sudah kelebihan beban daya listrik, tinggal menunggu saat-saat shut down saja. 

Kita boleh belajar dari kesabaran, ketertiban, dan disiplin masyarakat di New York untuk antre bensin. Kita juga harus mempertahankan reputasi yang lebih tanggap, lebih cepat, lebih sigap terhadap situasi darurat dan krisis pasca  bencana. (*)

TIDAK makan, tidak minum satu hari, siapa takut? Tidak merokok satu minggu, bahkan sebulan, apa repotnya? Tetapi, tanpa energi satu jam saja, orang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News