Merasakan Tinggal di Korea Utara, Negeri Tertutup Sahabat Indonesia

Disambut Girlband Berseragam Militer dan Hamburger

Merasakan Tinggal di Korea Utara, Negeri Tertutup Sahabat Indonesia
EKSOTIS: Wartawan Jawa Pos Tomy C. Gutomo berpose di Kim Il-sung Square. Di belakangnya, ribuan pelajar mempersiapkan peringatan ulang tahun mendiang Kim Il-sung.

Ada sejumlah tour and travel resmi yang ditunjuk pemerintah Korut untuk melayani perjalanan wisata. Seluruhnya berpusat di Tiongkok. Dan memang saat ini satu-satunya pintu menuju Korut adalah Tiongkok. Baik dengan pesawat terbang maupun kereta api. Jangan bermimpi bisa masuk ke Korut melalui Korea Selatan. Impossible

Saya memutuskan untuk memilih salah satu tour and travel yang memang sudah punya banyak pengalaman membawa turis ke Korut. Harga yang ditawarkan untuk mengikuti wisata ke Korut cukup masuk akal. Yakni, EUR 1.100 (sekitar Rp 16,4 juta) untuk empat hari tiga malam. Itu belum termasuk biaya mengikuti race Pyongyang Marathon senilai EUR 45 (Rp 670.500) untuk 10K. 

Ditawarkan juga pilihan pulang menggunakan kereta api melalui Sinuju dengan menambah biaya EUR 210 (Rp 2.130.000). Peserta tur harus memiliki asuransi perjalanan dan kesehatan yang meng-cover hingga Korut. 

Ada lagi satu syarat bagi warga non-Tiongkok. Yakni, harus memiliki visa Tiongkok double entry. Sebab, peserta tur masuk dan keluar dari Korut melalui Tiongkok. Untuk visa ke Korut, yang mengurus adalah pihak biro perjalanan. Peserta tur tinggal mengirim pas foto terbaru. 

Paket yang saya pilih itu berangkat dari Beijing pada 8 April 2016 dengan menggunakan pesawat terbang. Saya menginap tiga malam di Pyongyang dan pulang pada 11 April 2016. Karena pulang menggunakan kereta api dan singgah satu malam di kota perbatasan Sinuju, saya baru menginjakkan kaki lagi di Beijing pada 13 April 2016. 

Awalnya saya ragu apakah bisa memotret di Korut. Banyak informasi yang mengatakan bahwa turis dilarang membawa kamera. Namun, pihak tour and travel meyakinkan saya bahwa kamera, HP, dan laptop memungkinkan untuk dibawa. Dengan catatan, lolos dari pemeriksaan di imigrasi bandara internasional Pyongyang. Kalau gagal, berarti barang-barang itu harus ditinggal di bandara dan akan dikembalikan saat saya pulang. 

Satu catatan mereka, lensa kamera tidak boleh lebih dari 200 mm. Dengan terpaksa, saya meninggalkan lensa wide 18-200 mm pinjaman dari kantor di rumah dan menggantinya dengan lensa kit 18-55 mm. 

Pertengahan Maret, pihak travel mengirim e-mail, mengabarkan bahwa visa Korut saya sudah keluar. Itu berarti, saya bisa mengikuti tur. Artinya, saya harus segera melunasi pembayaran paket tur. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News