Merawat Karakter Anak di Panti Asuhan

Oleh: Yuni Azizah – Mahasiswa Pascasarjana Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Merawat Karakter Anak di Panti Asuhan
Anak-anak di Panti Asuhan. Ilustrasi. Foto: Pixabay.com

Mayoritas anak-anak di Panti Asuhan atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) masih memiliki orang tua atau keluarga. Hanya sebagian kecil yang tidak memiliki orang tua (yatim piatu, yatim, atau piatu).

Mereka sengaja dibawa orang tuanya ke panti asuhan agar mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Umumnya mereka datang dari keluarga miskin di kota maupun dari perdesaan, dan sebagian sudah putus sekolah.

Memiliki keluarga yang lengkap dan tinggal di rumah yang nyaman tentu menjadi hal yang diharapkan semua orang di dunia ini. Tidak ada satu pun orang yang menginginkan hidup sebatangkara. Tapi, hidup kadang tidak memberikan pilihan.

Dan, ada beberapa orang kurang beruntung yang harus rela hidup tanpa keluarga di sampingnya.

Panti Asuhan menjadi pilihan bagi mereka untuk menjalani kehidupan. Tinggal di panti asuhan memberikan banyak cerita dan pelajaran. Bukan hanya karena merasa senasib, tapi sering menghabiskan waktu bersama membuat para penghuni memiliki ikatan yang kuat antara satu dengan lainnya.

Ibadah bersama, olah raga, makan, belajar, toleransi, saling berbagi, saling mengasihi dan menyayangi antarsesama penghuni panti menjadi pemandangan sehari-hari.

Meskipun anak-anak yang hidup di panti tidak seberuntung anak-anak yang memiliki keluarga, tapi banyak dari mereka yang tidak merasa kekurangan kasih sayang.

Persamaan nasib membuat mereka saling menguatkan. Mereka saling memberikan pelajaran hidup berharga yang tidak akan bisa mereka lupakan hingga tua nanti.

Mayoritas anak-anak di Panti Asuhan atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) masih memiliki orang tua atau keluarga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News