Merayakan Keberagaman dan Mengamalkan Nilai Pancasila

Merayakan Keberagaman dan Mengamalkan Nilai Pancasila
Direktur Reform Institute, Yudi Latief (ketiga kiri), Anggota DPD RI asal Lampung, Anang Prihantoro (kedua kiri), dan Bondan Wicaksono saat Focus Group Disscusion tentang Orang Muda Lintas Agama di Gedung DPD RI, Sabtu (17/9). FOTO: Dok. Penyelenggara FGD

Dalam FGD Sesi kedua hadir juga sebagai narasumber Ketua Lembaga Kajian PBNU Bapak Dr. H. Rumadi “Agama menjadi bagian penting dalam kehidupan”. Kita seperti sekarang ini karena dibentuk dari tradisi masa lalu. Hubungan antar agama tidak hanya manis tetapi ada pahit juga. Dalam hubungan antar agama pasti ada bagian intelektual yang membentuk sejarah peradaban di masa depan dan agama tidak mempolitisasi perbedaan.

Firman Tuhan yang maha esa adalah manusia mulia karena diberikan watak sejati Nilai yang harus diterapkan cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan. Anak muda harus bisa mengendalikan emosi dan nafsu yang ada dalam diri. Misalnya dengan bimbingan agama. cinta kasih, kejujuran, kebijaksanaan, dan keberanian. Bagaimana cara menjadi bijaksana dan harus banyak belajar dan lakukan setulus hati. Ujar Ketua Matakin Js. Liem Liliany Lontoh.

Wayan Sudane dari PHDI DKI Jakarta menyampaiakan hubungan kepada Tuhan, ke sesama manusia, dan lingkungan adalah inti dari setiap tindakan. Hubungan kepada Tuhan terkait dengan ayat suci adalah bagaimana kita membuat karakter beragama. Hubungan sesama manusia menjadikan toleransi antar sesama. Jika kita terlalu asik dengan agama kita/diri kita maka muncul fanatisme yang sempit dan tidak mau memahami lingkungan sekitar.

Mengapa seseorang terlarut dalam radikalisme? Kekecewaan, ketidakadilan, kemiskinan. Akar radikal tidak tunggal. Begitu mudah anak muda dapat mengakses informasi tetapi apa yang ditangkap menjadikan dia/membuat dia menganggap bahwa itu adalah benar/ajaran dari kepercayaannya.

Orang muda mudah dipengaruhi oleh media massa. Jika saat ini ajaran dalam agama dibuat dalam bentuk cerita yang ‘masa kini’ seperti Mukidi maka akan lebih santai. Orang-orang tidak akan mudah marah dengan hal tersebut. Anak-anak muda harus merangkul teman-temannya untuk membuat persahabatan sejati, saling merangkul, menggunakan bahasa yang berbelas kasih, optimis, dan positif. Ujar Romo Benny Susetyo yang turut hadir sebagai pembicara.

Menurut Bondan Wicaksono, antusias peserta juga nampak dalam FGD sesi 1 dan 2. Harapanya kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan bersama lebih banyak lagi komunitas yang berpartisipasi di berbagai macam kesempatan.

Agar para orang muda dapat secara terbuka menerima perbedaan sebagai anugrah bukan sebagai ancaman. Budaya dialog perlu terus dihidupkan untuk membangun persaudaraan yang inklusif untuk membangun bangsa yang lebih humanis dan damai. Ujar Ketua SC sekaligus wakil ketua komisi Kepemudaan KAJ.

Sebagai tindak lanjut kegiatan akan ada Interfaith Youth Day yang rencananya akan diadakan pada bulan November tahun ini bersama orang muda lintas agama. Ujar Luciana Dita sekaligus Ketua Panitia.(fri/jpnn)

JAKARTA - Kemajemukan yang dimiliki Indonesia menjadi keunikan tersendiri, itu merupakan kelebihan yang harus disikapi dengan bijak. Persatuan dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News