Merayakan Konferensi Wartawan Asia Afrika

"Ini sejak 1955 sebenarnya. Indikasinya, Starweekly korannya PK Ojong sama sekali tidak meliput KAA. Padahal itu koran terkenal dengan pemberitaan internasionalnya. saya sudah periksa koran itu," kata Muhidin seraya menyalakan rokok kreteknya.
Terlepas dari pendapat Rosihan dan perkubuan di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu, sejarah membuktikan bahwa KWAA tercatat sebagai konferensi jurnalis terbesar yang pernah dihelat di Indonesia.
"Saya bisa memastikan inilah konferensi jurnalis terbesar yang diselenggarakan di Indonesia yang melibatkan negara-negara di Asia Afrika dan juga komunitas jurnalis yang diundang secara khusus dari pelbagai negara sosialis di Jerman, Yugoslavia, Kuba, dan Uni Sovyet," tulis Muhidin.
Di tengah berlangsungnya KWAA, Kanote Djamil seorang delegasi dari Republik Mali mendapat kabar dari istrinya. Bahwa bayi mereka telah lahir. Lelaki. Sehat. Mungil.
Bayi yang lahir nun jauh di tengah Afrika sana itu pun langsung diberi nama Sukarno oleh Kanote dari Indonesia.
"Dalam keterangan mengapa ia berikan nama SUKARNO bagi bayinya, Kanote menyatakan bahwa nama Presiden Sukarno tak asing lagi," tulis surat kabar Bintang Timur, 30 April 1963.
Pada puncak acara, 30 April, para wartawan mencetuskan Djakarta Declaration. Yang berisi: Wartawan-wartawan Asia Afrika mengabdikan dirinya kepada perjuangan melawan imperialisme-kolonialisme.
Karena semaraknya perhelatan itu, sasusnya Bung Karno ada rencana menetapkan 30 April, puncak perayaan KWAA yang mencetuskan Djakarta Declaration menjadi Hari Pers Nasional.
54 TAHUN lampau. Para jurnalis dari benua Asia dan Afrika berkumpul di Indonesia. Acara Konferensi Wartawan Asia Afrika (KWAA).
- KWP Kembali Gelar Halalbihalal Antarwartawan Parlemen, Ariawan: Momentum Tepat untuk Saling Memaafkan
- Ini Kata Laksma Wira soal Oknum TNI AL Bunuh Juwita
- Pengawal Kapolri yang Pukul dan Ancam Wartawan di Semarang Minta Maaf, Nih Tampangnya
- Gubernur Sulteng Bantu Biaya Pemulangan Jenazah Jurnalis Situr Wijaya
- Teror Kepala Babi untuk Jurnalis Tempo, Hasan Nasbi: Dimasak Saja
- TB Hasanuddin Tegaskan Kebebasan Pers Harus Dilindungi, Intimidasi Tak Bisa Ditolerasi