Mereka Bersembunyi di Hutan Karena Takut Banget Virus Corona
Sementara itu, beberapa warga suku tersebut takut pergi ke kota untuk membeli makanan karena khawatir tertular virus.
Orang Asli rentan terhadap penyakit karena faktor-faktor yang meliputi kemiskinan dan kekurangan gizi. Tingkat kemiskinan mereka dilaporkan lebih dari 30 persen dibandingkan dengan rata-rata Malaysia, yang tercatat sebesar 0,4 persen.
Tahun lalu, satu desa adat di timur laut Semenanjung Malaysia melaporkan 15 kematian dan puluhan jatuh sakit akibat campak.
Shaq Koyok, seorang aktivis dari suku Temuan, mengatakan orang-orang dari desanya, sekitar 60 km (40 mil) dari Ibu Kota Kuala Lumpur, telah menutup desa.
"Bahkan saya tidak bisa pergi ke desa," kata Shaq, yang tinggal di ibu kota Malaysia itu.
Kelompok-kelompok penduduk asli di seluruh dunia, di Australia, Kanada dan Brazil, telah menutup perbatasan untuk melindungi komunitas mereka dari virus corona. Virus tersebut sudah berjangkit pada lebih dari satu juta orang dan membunuh sekitar 52.000 orang secara global dan terus menyebar.
Selama beberapa dekade, Orang Asli mengatakan mereka telah melihat perambahan tanah adat mereka. Perusahaan-perusahaan kelapa sawit dan kayu menjarah tanah hutan.
"Di beberapa desa ini, mereka bahkan tidak bisa lagi pergi ke hutan untuk mencari makan," kata Ili Nadiah Dzulfakar dari Klima Action Malaysia, bagian dari kelompok kolektif yang mengumpulkan uang untuk masyarakat Orang Asli.
Setengah dari penduduk Jemeri melarikan diri ke hutan lantaran ketakutan saat wabah virus Corona menyebar di Malaysia.
- Malaysia vs Singapura: Auman Terakhir Harimau Malaya?
- Piala AFF 2024: Thailand Menikung Singapura, Malaysia Terancam
- Piala AFF 2024 Masih Berlangsung, Timnas Malaysia Umumkan Pelatih Baru
- Semifinal BWF World Tour Finals 2024: Ganda Campuran China dan Malaysia Saling Sikut
- Carut-Marut Timnas Malaysia di Piala AFF 2024
- Usut Kasus Pengadaan APD Covid-19, KPK Periksa Song Sung Wook dan Agus Subarkah