Mereka Menjaga Semangat Toleransi Dalam Kidung Rohani

Mereka Menjaga Semangat Toleransi Dalam Kidung Rohani
Mereka Menjaga Semangat Toleransi Dalam Kidung Rohani

Kemajemukan dalam musik rohani juga dijumpai di Jakarta. Di tengah kentalnya budaya Islam masyarakat Betawi, penduduk asli Jakarta, ternyata berkembang kidung rohani dengan iringan musik khas Betawi.

Seperti yang dipopulerkan kelompok musik rohani Betawi Bermazmur. Terbentuk sejak 2007 lalu, grup musik rohani ini beranggotakan enam orang mantan musisi jalanan yang beroperasi di berbagai kawasan, mulai dari Terminal Senen, Blok M hingga Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Meski memiliki latar belakang suku yang beragam, namun seluruh personil musik rohani ini mengaku sebagai warga Betawi tulen.

Menurut Yudi Konga, pimpinan grup musik ini, lagu rohani Betawi yang mereka bawakan bergenre musik Betawi modern dengan perpaduan antara gambang kromong dan tanjidor.

Karakter lagu Betawi dengan musik hidup dan lirik bertutur yang lugas kadang jenaka, menurutnya mampu menghadirkan nuansa baru dalam lagu-lagu kerohanian.

"Kami membawa instrumen musik yang unik ke gereja, terutama perkusi. Jadi suasananya lebih hidup. Apalagi pakai gaya sahut-sahutan dan banyolan khas Betawi, banyak jemaat bilang pesan rohani di lagu-lagu kami jadi lebih cepet nangkepnye," kata pria kelahiran Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat ini dengan logat Betawinya yang kental.

Ia juga mengatakan karena budaya Betawi yang majemuk, penggunaan pendekatan budaya Betawi dalam menyiarkan ajaran Kristus ke berbagai lapisan masyarakat menjadi lebih mudah.

"Budaya Betawi deket dan keterima dimana-mana. Jadi pesen rohani kami malah lebih mudah masuknya. Kita tampil di jemaat keturunan Ambon, Batak, Jawa, apa aja, semua suka lagu-lagu Betawi yang kocak," tutur pengagum almarhum Benyamin Suaeb ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News