Mereka Sudah Terbiasa Membenci Polisi

Mereka Sudah Terbiasa Membenci Polisi
Kartini Lubis berinteraksi dengan santri Pesantren Al Hidayah Senin lalu (21/5). Foto: KHAFIDLUL ULUM/Jawa Pos

***

Kelas khusus itu berlangsung di kelimun pagi yang segar. Di hadapan wajah-wajah yang baru menunaikan salat Subuh.

Kepada mereka, Khairul Gazali, pemimpin Pesantren Al Hidayah, akan memaparkan materi deradikalisasi lewat kisah-kisah teladan. Misalnya, sifat pemaaf Nabi Muhammad.

’’Bagaimana ketika Nabi justru membawakan makanan dan menyuapi seorang perempuan Yahudi buta yang kerap mencercanya,’’ kata mantan narapidana terorisme itu kepada Jawa Pos.

Bukan hanya itu. Gazali juga selalu menyisipkan materi Islam rahmatan lil alamin dalam setiap pelajaran agama. Yaitu, dalam pelajaran akhlak, tauhid, fikih, dan sirah atau sejarah Islam.

Pada pelajaran akhlak, para santri diajari cara berbudi pekerti yang baik kepada siapa pun. Menghormati sesama, saling menolong, saling mengasihi, serta menjauhi sifat dengki, dendam, dan marah.

’’Nilai itu sangat penting bagi siswa untuk memulihkan paradigma mereka yang selama ini membenci polisi dan pemeluk agama lain,’’ kata Gazali.

Dia masih ingat betul reaksi para santri pada masa-masa awal Al Hidayah. Ketika suatu kali polisi harus sering turun ke Desa Sei Mencirin karena adanya laporan perusakan papan nama pesantren.

Butuh enam bulan untuk mengikis rasa dendam pada diri anak-anak pelaku terorisme di Pesantren Al Hidayah, Deli Serdang, Sumut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News