Mereka Sudah Terbiasa Membenci Polisi

Mereka Sudah Terbiasa Membenci Polisi
Kartini Lubis berinteraksi dengan santri Pesantren Al Hidayah Senin lalu (21/5). Foto: KHAFIDLUL ULUM/Jawa Pos

Polisi juga diberi kesempatan menyampaikan materi. Dalam sebulan bisa sampai dua kali. Salah satunya, materi dari bhabinkantimbas Desa Sei Mencirin Aiptu Yudilapian.

Dia memberikan materi wawasan kebangsaan. Misalnya, memahami Pancasila. Para santri juga diajak berdialog.

’’Kadang Kapolsek Kutalimbaru turut langsung memberikan pembelajaran,’’ ucapnya saat ditemui seusai salat Duhur di Masjid Al Hidayah.

Mereka juga diajak mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bentuknya sederhana saja: dengan rajin belajar.

Setelah enam bulan, upaya tersebut membuahkan hasil. Dendam terkikis. Bahkan, sebagaimana disaksikan Jawa Pos saat berkesempatan menjadi pengajar dadakan, banyak di antara mereka yang kini bercita-cita menjadi polisi atau tentara.

Yudilapian mengaku, dirinya juga sering mendapat pertanyaan soal hukum membunuh orang. Pertanyaan serupa diajukan kepada Jawa Pos saat berkesempatan mengajar. ’’Saya selalu tegaskan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan pembunuhan,’’ tegas Yudilapian.

***

M. Haris Iskandar menulis sepotong kalimat yang dinukil dari Sepatu Dahlan di papan putih. ’’Siapa yang tahu Sepatu Dahlan?’’ tanya dia kepada para siswa pada Senin siang lalu.

Butuh enam bulan untuk mengikis rasa dendam pada diri anak-anak pelaku terorisme di Pesantren Al Hidayah, Deli Serdang, Sumut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News