Mereka Sudah Terbiasa Membenci Polisi
Sama dengan Haris, Kartini bergabung karena tergerak dengan misi Gazali. ’’Tidak ada yang nyuruh, saya yang daftar sendiri,’’ tegasnya. Bagi dia, para santri Al Hidayah adalah anak-anak yang lugu dan pendiam. Mereka tidak banyak tahu dunia luar. Karena keluguan itu, mereka gampang didoktrin.
’’Mengajar mereka harus betul-betul dengan hati yang jernih dan tulus. Jangan pernah mengajarkan kebencian kepada mereka,’’ tegasnya.
Dan, dia lega karena perjuangan kerasnya bersama seluruh pengajar serta pengelola Al Hidayah mulai membuahkan hasil. Dendam dan kebencian mulai terkikis. Saat ini juga sedang dibangun enam ruang kelas.
Mulai tahun ini, Al Hidayah akan menerima santri dari luar Sumatera Utara. Juga siswa dari luar yang bukan anak mantan teroris. ’’Agar mereka nanti bisa membaur,’’ katanya. (*/c5/ttg)
Butuh enam bulan untuk mengikis rasa dendam pada diri anak-anak pelaku terorisme di Pesantren Al Hidayah, Deli Serdang, Sumut.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- BNPT Dorong Kolaborasi Multipihak untuk Cegah Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme
- Peringati Hari Pahlawan, Yayasan Gema Salam Wujudkan Semangat Nasionalisme
- Datangi Indekos, Densus 88 Antiteror Lakukan Tindakan, Apa yang Didapat?
- BNPT Beri Perlindungan Khusus Kepada Anak Korban Terorisme
- Irjen Eddy Hartono Jadi Kepala BNPT, Sahroni Minta Lanjutkan Pencapaian Zero Terrorist Attack
- Densus 88 Tangkap 2 Terduga Teroris Jaringan JAD di Bima