Mereka yang Kabur dari Suriah Khawatir dengan Pemulangan 'Pengantin Islamic State' ke Australia
"Ini bisa berarti mereka dipasang alat pelacak, dan diawasi rutin seperti halnya hukuman bebas bersyarat, dan pengawasan penggunaan media sosial mereka."
Ia mengatakan jika mereka melanggar dari pengawasan ini, maka bisa diancam lima tahun penjara.
Perempuan sebagai korban dan pelaku
Organisasi Save the Children Australia mengatakan situasi di kamp Roj membuat anak-anak berisiko mengalami luka parah atau bahkan meninggal.
"Warga Australia pasti terkejut mendengar kondisi anak-anak Australia yang menderiita selama tiga tahun terakhir," kata Mat Tinkler, CEO Save the Children Australia.
"Mereka tinggal di tenda yang tidak ada penghangat, terkena dinginnya musim dingin dan teriknya musim panas, dengan terbatasnya makanan bergizi, dan penderitaan akibat luka yang tidak diobati dan kesehatan mental yang terganggu."
Peneliti dari Charles Sturt University di Canberra, Kiriloi Ingram mengatakan sikap para perempuan yang menjadi korban juga bisa membahayakan.
Dr Kiriloi, yang juga mempelajari radikalisasi perempuan barat oleh IS, mengatakan dengan menjadi ibu, para perempuan punya peran penting saat IS menjalankan misinya.
"Bahkan jika perempuan ini tidak ikut berperang, tidak ikut bertarung secara fisik, ada peran untuk mendukung, seperti yang diharapkan [kelompok IS]," ujarnya.
Mohamed Ibrahim, yang melarikan diri dari Suriah, merasa khawatir dengan pemulangan perempuan-perempuan Australia yang pernah menikah dengan anggota kelompok 'Islamic State'
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara