Mereka yang Kehilangan Orang-Orang Terkasih di Situ Gintung (3-Habis)
Keluarga Habis, Bocah 11 Tahun Jadi Sebatang Kara
Selasa, 31 Maret 2009 – 06:33 WIB
''Ini sedang memperingati tiga hari kematian keluarga. Kami membacakan Yasin,'' kata Odan, lelaki yang duduk di salah satu kursi plastik rumah tersebut. Mengenakan jaket hitam sport, Odan tampak pendiam dengan kopi yang sesekali diseruput.
Lelaki 50 tahun tersebut tampak lemas. Pandangannya terlihat kosong. Sesekali dia mengembuskan napas panjang. Dia memang sedang berduka. Enam anggota keluarganya meninggal disapu air bah Situ Gintung, Jumat (27/3). Mereka adalah istri Odan, tiga anaknya, serta dua menantunya. Dia hanya bisa menyelamatkan satu cucunya yang masih berusia empat tahun.
Rumah Odan memang tergolong paling rawan dibanding rumah lain di Kampung Poncol. Yakni, terletak tepat di bawah Gedung Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Di cerukan yang menyerupai lembah tersebut, rumah Odan tepat berada di ujung selatan permukiman penduduk.
Karena itu, sebelum dibelokkan oleh tanah tinggi Kampus UMJ, arus deras air langsung menghantam rumah Odan lebih dulu. ''Makanya, rumah bapak tidak ada bekasnya. Semua rata dibawa air,'' ujar lelaki yang tinggal di Poncol sejak 1960-an itu dengan mata berkaca-kaca.
Bencana Situ Gintung telah mengubah 180 derajat kehidupan para korban. Beberapa orang kini hidup sebatang kara karena seluruh anggota keluarganya
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408