Mereka yang Kehilangan Orang-Orang Terkasih di Situ Gintung (3-Habis)
Keluarga Habis, Bocah 11 Tahun Jadi Sebatang Kara
Selasa, 31 Maret 2009 – 06:33 WIB
Lelaki berkulit legam asli Garut tersebut menuturkan, sebelum air bah menerjang rumahnya, dirinya sudah terbangun. Sudah kebiasaan bagi kakek tiga cucu itu bangun pukul 03.00. Biasanya, bangun dini hari tersebut dia manfaatkan untuk salat malam dan mengaji. ''Saat itu, saya bangun, sudah mengambil wudu juga,'' ungkapnya.
Sekitar pukul 04.00, Odan mendengar suara keras. Ketika dia membuka pintu, air mulai masuk ke rumah. Dia pun langsung menggendong cucunya dan mengajak istrinya segera menyelamatkan diri. ''Yang saya ingat, istri saya saat itu ada di belakang saya. Saya terus saja berlari,'' katanya.
Karena merasa sang istri menguntit di belakang, Odan terus saja berlari hingga berada di dataran tinggi sekitar Fakultas Hukum UMJ. Ternyata, ketika dia melihat ke belakang, sang istri tidak ada. Odan menduga istri tercintanya itu sempat kembali ke rumah untuk mengambil sesuatu.
Saat itulah, sang istri akhirnya dibawa hanyut air yang tak terbendung tersebut. ''Nggak tahu juga apa yang mau diambil. Saya mengira dia terus lari di belakang saya,'' katanya pelan.
Bencana Situ Gintung telah mengubah 180 derajat kehidupan para korban. Beberapa orang kini hidup sebatang kara karena seluruh anggota keluarganya
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408