Catatan Ketua MPR RI
Merespons Pesan Anak Desa Tentang Pembangunan SDM Indonesia
Oleh: Bambang Soesatyo

Menjelang akhir Januari 2023, Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa prevalensi stunting masih di kisaran 21,6 persen pada 2022.
Pembangunan SDM pun masih diwarnai dengan kasus anak-anak putus sekolah.
BPS mencatat fakta tentang peningkatan jumlah anak-anak yang putus sekolah pada 2022.
Anak putus sekolah terdapat pada semua jenjang pendidikan, dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Tingginya angka putus sekolah disebabkan banyak faktor, seperti kurangnya minat anak untuk sekolah, faktor ekonomi, faktor lingkungan hingga faktor kesehatan.
Perubahan pola kegiatan belajar-mengajar akibat Pandemi Covid-19 pun berdampak kepada banyak anak.
Sekolah daring menghadirkan konsekuensi biaya yang masih sulit dijangkau oleh banyak orang tua.
Misalnya, karena keterbatasan penghasilan orang tua, anak-anak kesulitan memiliki perangkat digital, termasuk untuk membeli kuota internet.
Anak-anak dari banyak desa masih mengalami sejumlah kesulitan, misalnya, sekadar belajar atau menempuh perjalanan ke sekolah
- Talenta Unggul Mampu Memperkuat Hilirisasi Pertambangan
- Ini Respons Ketua MPR Ahmad Muzani soal Usulan 3 April jadi Hari NKRI
- Dukung Pengembangan Kopi di Indonesia, Ibas: Majukan Hingga Mendunia
- Temui Wamen Guo Fang, Waka MPR Eddy Soeparno Bahas Pengembangan Energi Terbarukan
- Gubernur Herman Deru Dukung UIGM Sediakan Beasiswa Kedokteran untuk Anak-anak Desa
- Waka MPR Dorong Pengembangan Kompetensi Berkelanjutan Bagi Guru Harus Dijalankan