Meri Yulanda, Korban Tsunami Aceh yang Tujuh Tahun Dipaksa Jadi Pengemis
Berulang-ulang Lari, tetapi Selalu Tertangkap Lagi
Senin, 26 Desember 2011 – 08:08 WIB
Yusnidar yang mendengarkan cerita Meri tampak terharu. Meski demikian, dia menyatakan sangat bahagia atas kepulangan anak keduanya itu. "Walaupun kami mendengar tindakan orang tua angkatnya di luar kewajaran, kami tidak akan melaporkan tindakan tersebut kepada pihak kepolisian. Malah kami harus berterima kasih dengan Fatimahsyam yang telah mau membesarkannya," ungkap dia.
Kini Yusnidar ingin menyembuhkan mental Meri yang mengalami trauma. Memang dampak kekejaman Fatimahsyam membuat sebagian ingatan Meri hilang layaknya anak linglung.
"Tapi, kami masih bersyukur karena dia masih ingat dengan kami, orang tuanya," ucap Yusnidar sambil terisak.
Sejak diasuh Fatimahsyam, Meri menyatakan tidak pernah bersekolah layaknya anak seusianya. Membaca dan menulis pun tidak mampu dia lakukan lagi. Padahal, sebelum bencana gempa dan tsunami terjadi pada 26 Desember 2004, Meri mampu membaca dan menulis. Sebab, dia sempat mengenyam pendidikan hingga kelas III SD.
Pada 26 Desember tujuh tahun lalu tsunami mahadahsyat menghancurkan Aceh. Sejak itu, Meri Yulanda, 15, terpisah dari keluarga. Selama tujuh tahun
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara