Meriam Kostrad Produksi 1942
Senin, 03 Oktober 2011 – 01:31 WIB
"Ingat, sekali tembak Rp12 juta. Duuung...Rp12 juta. Duung...Rp12 juta. Semua uang rakyat. Jadi tak boleh main-main, harus serius. Lakukan yang terbaik dan tetap semangat," pesannya.
Baca Juga:
Meski senjata berat yang digunakan sudah uzur, kepada wartawan AY Nasution mengatakan, yang terpenting bukan soal umur senjata. "Tapi harus dilihat sasarannya. Hancur nggak? Mati nggak?. Kita nggak persoalkan tahun produksinya," kata Mantan Pangdam XVII/Cenderawasih itu.
Kabar yang menggembirakan, dalam waktu dekat segera datang meriam type 105 dari Korea Selatan, yang jarak tembaknya bisa mencapai 14 kilometer. "Ke depan, TNI AD juga akan menyiapkan type 155, yang jarak tembaknya 50 kilometer," ujarnya.
Saat latihan menembak di bawah terik matahari itu, AY Nasution juga ikut menembak dengan meriam. Dia juga ikut mendekati ke sasaran tembak yang jaraknya 7 kilometer dari pos penembakan, guna mengecek kena tidaknya sasaran. Yang memprihatinkan, teropong yang digunakan para prajurit Kostrad untuk melihat titik sasaran, juga sudah uzur, yakni teropong gunting produksi Yugoslavia tahun 1940. (sam/jpnn)
BATUJAJAR -- Setiap menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) TNI, persoalan alat utama sistem persenjataan (alutsista) selalu menjadi topik pembicaraan dan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Heboh Gaji Guru PNS & PPPK Naik, Padahal Hanya Gopek untuk Honorer Serdik
- 5 Berita Terpopuler: Prabowo Segera Naikkan Gaji Guru, Janji untuk ASN Bagaimana? Honorer juga Penasaran
- 3 Orang Hilang dalam Bencana di Deli Serdang Sumut
- CPNS dan PPPK Daerah Ini Terima SK, Selamat ya
- Komnas HAM Klarifikasi Polda Jateng soal Kasus Polisi Tembak Mati Siswa SMK
- PW GPII Gelar Aksi Demonstrasi, Begini Tuntutannya