Merinding! Cerita Pembuat Batu Nisan saat di Kuburan Preman yang Mati Terbunuh
Batu nisan produksi Edi ini bukan termasuk batu ukiran dari batu gunung. Namun, proses pembuatannya hanya menggunakan cetakan.
Sehingga untuk proses pengerjaan satu unit batu nisan tidak memerlukan waktu yang lama. Biasanya, dalam seharinya Edi mampu menghasilkan dua unit siap jual. Temasuk proses penghalusan dan pengecetan.
“Warnanya perak seperti asli batu gunung karena dicat. Kalau diukir menggunakan batu gunung, harganya bisa puluhan juta juga. Jadi, hanya orang tertentu saja yang bisa memilikinya,” ujarnya.
Dikatakan, selama menekuni pekerjaan tersebut, sering terlintas dipikirannya tentang dirinya ketika meninggal. Apakah menggunakan batu nisan buatannya atau seperti apa. Namun, menurutnya dirinya telah meminta ke keluarganya agar dibuatkan batu nisan yang sederhana. Tidak perlu terlalu besar.
“Kasihan yang di samping kuburan saya kalau besar. Nanti tetangga saya tidak dapat bagian juga. Cukup yang kecil biar ada tempat juga bagi orang lain,” ujarnya. (***/eza/sam/jpnn)
EDI Ibrahim, pria kelahiran Makassar 5 Januari 1965 ini mengaku telah membuat batu nisan sejak 2008. Awalnya, hanya ukuran kecil yang diperuntukan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis