Meritokrasi Hati

Oleh: Dahlan Iskan

Meritokrasi Hati
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SEDIH dan gembira. Itulah hasil pengalaman keliling daerah di Indonesia.

Banyak bupati dan wali kota yang membuat hati gembira: begitu nyata hasil kerja mereka. Sebagian pintar mempromosikan hasil itu. Sebagian lagi tidak.

Sebaliknya banyak daerah dan kota yang begitu-begitu saja. Pun setelah kepala daerahnya menjabat 10 tahun. Daerah dan kota itu seperti kehilangan waktu 10 tahun.

Baca Juga:

Di zaman Orde Baru kepala daerah yang biasa-biasa saja hanya punya satu periode masa jabatan. Bagi yang sangat bagus bisa dua masa jabatan. Dan bagi yang prestasinya istimewa bisa diangkat jadi gubernur. Atau tetap bupati/wali kota tetapi naik ke daerah/kota yang lebih besar.

Bupati Lumajang Soewandi (sempat jadi mertua Rini Soewandi, mantan meneg BUMN dan memperindag) naik jadi Gubernur Kaltim. Bupati Trenggalek Sutran, naik jadi Gubernur Papua. Dan seterusnya.

Kini bukan lagi atasan yang menilai prestasi itu. Sudah pindah ke partai dan rakyat setempat.

Baca Juga:

Kini rekom partai sangat menentukan. Istilahnya rekom, tetapi isinya putusan partai: siapa calon bupati/wali kota dan gubernur di suatu wilayah.

Minggu-minggu ini perburuan rekom itu luar biasa gencarnya.

Pemimpin yang baik dan hebat itu langka. Alangkah kehilangannya kalau punya pemimpin yang terbukti hebat tetapi tidak bisa lagi berkarier karena aturan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News