Merpati Tetap Terbangkan MA-60

Kecelakaan Kaimana Diduga karena Pilot Paksakan Pendaratan

Merpati Tetap Terbangkan MA-60
Merpati MA-60. Foto: Radar Sorong/JPNN
Dia mengungkapkan, Merpati memiliki 13 pesawat MA-60 yang didatangkan sejak 2007 dari produsennya di Tiongkjok. Setiap unit pesawat penumpang bermesin turbo baling-baling ganda tersebut dibeli dengan harga USD 11 juta atau Rp 9,408 miliar.

Dia menguatkan pernyataan Kementerian Perhubungan bahwa pesawat MA-60 buatan Tiongkok tidak ada masalah secara teknis. Namun, dia membenarkan bahwa pada 2007 beberapa pesawat jenis itu terpaksa tidak diterbangkan. "Tapi, bukan karena tidak laik terbang. Itu hanya karena permasalahan dalam leasing. Ada masalah pembayaran," katanya.

Pengamat penerbangan, Sri Subekti, memperkirakan kecelakaan pesawat Merpati itu disebabkan pilot memaksakan pendaratan di Bandara Kaimana. Padahal, saat itu hujan deras sehingga tidak mungkin menggunakan pendaratan visual. "Sudah sangat jelas, prosedur yang harus dilakukan penerbang adalah tidak memaksakan kehendak untuk tetap mendarat," cetusnya.

Masalah utama di bandara-bandara kecil di Papua adalah minimnya alat bantu navigasi. Di Bandara Kaimana diketahui hanya ada ADF (automatic direction finder). "Alat bantu jenis ini hanya berguna untuk menuntun pesawat ke landasan pada saat cuaca bagus," tambahnya.

JAKARTA - Kecelakaan Merpati di Kaimana, Papua Barat, membuat banyak pihak menyoroti kelayakan pesawat MA-60 buatan Tiongkok. Namun, pihak Merpati

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News