Mesin Beralgoritma Kini Bisa Saingi Dokter Deteksi Gangguan Mental

Ia mengatakan, dokter menghabiskan dua hari dengan pasien dalam percobaan sebelum diminta untuk memprediksi hasil mereka setelah satu tahun.
"Dan mereka memiliki kinerja tak seburuk itu," sebutnya.
"Pada orang dengan risiko tinggi psikosis, mereka akurat sekitar 71 persen, dan pada pasien dengan depresi, hasilnya sedikit lebih rendah."
Prediksi yang sama kemudian dibuat dengan algoritma yang dibuat menggunakan neuroimaging (pencitraan syaraf) dan data gabungan dari pasien.
"Algoritma secara signifikan lebih baik daripada dokter, akurasinya hingga 80 persen atau 82 persen," kata Profesor Koutsouleris.
Stephen Wood, kepala Clinical Translational Neuroscience di Pusat Kesehatan Mental Orygen Youth, memimpin tim peneliti Australia.
Ia mengatakan, memprediksi hasil masa depan untuk pasien yang berurusan dengan psikosis atau depresi bisa jadi soal menemukan pola dalam data masa lalu seseorang.
"Ini adalah hal yang, dalam beberapa kasus, manusia bisa melakukannya dengan sangat baik -dan mereka bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya," katanya.
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun