Mesin Beralgoritma Kini Bisa Saingi Dokter Deteksi Gangguan Mental
Ia mengatakan, dokter menghabiskan dua hari dengan pasien dalam percobaan sebelum diminta untuk memprediksi hasil mereka setelah satu tahun.
"Dan mereka memiliki kinerja tak seburuk itu," sebutnya.
"Pada orang dengan risiko tinggi psikosis, mereka akurat sekitar 71 persen, dan pada pasien dengan depresi, hasilnya sedikit lebih rendah."
Prediksi yang sama kemudian dibuat dengan algoritma yang dibuat menggunakan neuroimaging (pencitraan syaraf) dan data gabungan dari pasien.
"Algoritma secara signifikan lebih baik daripada dokter, akurasinya hingga 80 persen atau 82 persen," kata Profesor Koutsouleris.
Stephen Wood, kepala Clinical Translational Neuroscience di Pusat Kesehatan Mental Orygen Youth, memimpin tim peneliti Australia.
Ia mengatakan, memprediksi hasil masa depan untuk pasien yang berurusan dengan psikosis atau depresi bisa jadi soal menemukan pola dalam data masa lalu seseorang.
"Ini adalah hal yang, dalam beberapa kasus, manusia bisa melakukannya dengan sangat baik -dan mereka bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya," katanya.
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Berduka Atas Kematian Pemain Badminton Zhang Zhijie
- Dunia Hari Ini: Wabah Batuk Rejan Masuk ke Australia, Terburuk Sejak 2016
- Ini Tips Menulis Resume Untuk Melamar Kerja di Australia
- Dwi Kewarganegaraan Sudah Lama Dinantikan Warga Asing yang Puluhan Tahun Tinggal di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Upaya Kudeta Gagal, Tentara Bolivia Mundur dari Istana Presiden
- Dunia Hari Ini: Julian Assange Resmi Bebas, Akan Kembali ke Australia