Meski Andalkan Investor, Proyek Bukit Algoritma Tetap Berisiko Mengganggu APBN

Meski Andalkan Investor, Proyek Bukit Algoritma Tetap Berisiko Mengganggu APBN
Bangunan hotel tak terurus dan sepi pengunjung yang berada di lahan milik keluarga Handoko seluas 1.000 ha di Cikidang, Sukabumi yang disebut-sebut akan dibangung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus 'Bukit Algoritma'. (Supplied: tirto.id/Adi Renaldi)

"Akhirnya yang menanggung risikonya itu adalah sebagian besar Pemerintah Daerah atau BUMN lainnya. Stadion Jakabaring itu nunggak listrik sehingga listriknya kemudian diputus oleh PLN, dan proses dia nunggak itu berarti kan merugikan PLN." 

"Secara garis besarnya semuanya ini, termasuk proyek yang mangkrak atau bermasalah seperti Bandara Kertajati, ending ceritanya adalah negara harus meningkatkan suntikan modal kepada perusahaan-perusahaan yang belum menyelesaikan proyek tersebut."

Ia menyebut, inilah yang disebut dengan contigency risk, atau risiko kontigensi, sebuah risiko yang muncul secara tidak langsung, misalnya karena BUMN yang mengerjakan proyek yang mangkrak harus melakukan efisiensi karena cashflow yang bleeding.

"Kita sering mendengar: 'Ini membangun proyek ini pakai uang investor kok'. Masyarakat tahunya bahwa itu adalah penyertaan modal langsung investor." 

Namun pada prakteknya menurut Bhima, sebenarnya BUMN dengan jaminan dari pemerintah menerbitkan surat utang.

"Nah, surat utang dengan government guarantee itu yang dibeli oleh para investor. Jadi sebenarnya kalaupun nanti proyeknya mangkrak, investor itu akan mendapat proteksi dari pemerintah melalui jaminan di APBN," ujar Bhima.

Syahrial Loetan juga mencatat potensi kerugian yang lain dari proyek besar yang mandeg, yakni menganggu pertumbuhan ekonomi.

"Tadinya mungkin bisa tumbuh enam persen setahun, tapi karena ada proyek yang mandeg, [pertumbuhannya] mungkin akan berkurang 0,1 persen atau 0,2 persen. Ya [negara] rugi," ucapnya.

Lahan seluas 888 hektare di Sukabumi, Jawa Barat, akan dibangun menjadi Bukit Algoritma, dengan harapan akan jadi Silicon Valley seperti di Amerika Serikat

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News