Metode Immersion Bantu Lestarikan Bahasa Aborijin Australia
"Tiap kali kami pergi ke sana, anak-anak sangat senang karena mereka ingin belajar lebih."
Erosi bahasa
Knut J. Olawsky, yang dikenal oleh penduduk setempat dengan sebutan KJ, adalah ahli bahasa dan manajer senior MDWg. Ia mengatakan bahwa bahasanya sangat terancam puinah.
"Jika kami berbicara soal kefasihan penuh, artinya seseorang yang bisa berbicara dalam bahasa ini secara fasih...kami bisa bilang jumlahnya sangat sedikit."
Jumlah pembicara parsial lebih baik, tapi masih kurang dari 100 orang.
Dr Olawsky menghubungkan erosi bahasa dengan beberapa faktor, seperti larangan penggunaan bahasa Aborijin di masa lalu di banyak daerah pedalaman, dampak dari generasi yang hilang, dan dominasi umum bahasa Inggris di wilayah ini.
Faktor lain adalah kurangnya kata-kata dalam bahasa ini untuk menggambarkan objek dan konsep baru. MDWg bertujuan untuk mengatasinya dengan menciptakan kata-kata baru dalam bahasa Miriwoong. Misalnya, "komputer" - "goolarn ngerregoowoong wilmoorrbang," yang secara harfiah berarti "otak besar dengan kabel."
Tapi Dr Olawsky mengakui bahwa kata-kata ini mungkin tidak bertahan lama jika mereka tak masuk dalam cara bercakap bahasa lokal.
Mengambil inspirasi dari luar
Model yang dijalankan 'Language Nest' dikembangkan di Selandia Baru untuk mengajar anak-anak muda bahasa Maori.
Program pembelajaran bahasa asing dengan metode immersion (langsung menggunakan bahasa asing itu sendiri) dari Selandia Baru dan Amerika Utara terbukti menjadi formula keberhasilan dalam melestarikan bahasa Aborijin Miriwoong di Kununu
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?
- Dunia Hari Ini: Calon Pengganti Pemimpin Hizbullah Tewas Dibunuh
- Dunia Hari Ini: Respon Inggris Setelah Senator Aborigin Sebut Charles 'Bukan Raja Kami'