Metode Immersion Bantu Lestarikan Bahasa Aborijin Australia
"[Itu] juga berbasis immersion," kata Dr. Olawsky. "Ada satu aturan sederhana, dan itu adalah: tidak ada bahasa Inggris."
"Mereka bisa menggunakan tangan dan kaki mereka, dan mereka bisa menggunakan kata-kata terbatas apa pun yang mereka miliki, tapi mereka tidak bisa menggunakan bahasa Inggris.
"Kami memiliki beberapa tingkat keberhasilan yang baik dengan hal itu."
Dampak yang berlanjut
Meski ia mengakui bahwa Selandia Baru memiliki keunggulan dalam memusatkan perhatian pada satu bahasa, ketimbang banyak bahasa Adat di Australia, Dr Olawsky berpikir bahwa mereka bisa melakukan lebih banyak hal.
"Pentingnya bahasa selain bahasa Inggris di sini, sangat rendah," akunya.
"Dari kira-kira 500 bahasa di negeri ini, mungkin sekarang tersisa sekitar seratus yang aktif digunakan, dan kebanyakan dari mereka sangat terancam punah."
"Ada beberapa program yang akan mendukung revitalisasi bahasa Aborijin. Pada saat bersamaan, saya kira jumlah dana yang dikeluarkan untuk bahasa-bahasa Aborijin sangat kecil sekali."
Tapi ia berharap, kesuksesan MDWg akan menginspirasi orang lain dan menghasilkan lebih banyak dana di masa depan.
Program pembelajaran bahasa asing dengan metode immersion (langsung menggunakan bahasa asing itu sendiri) dari Selandia Baru dan Amerika Utara terbukti menjadi formula keberhasilan dalam melestarikan bahasa Aborijin Miriwoong di Kununu
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?
- Dunia Hari Ini: Calon Pengganti Pemimpin Hizbullah Tewas Dibunuh
- Dunia Hari Ini: Respon Inggris Setelah Senator Aborigin Sebut Charles 'Bukan Raja Kami'